August 9, 2013

BAHASA INDONESIA(Proposal)!!!

BAHASA INDONESIA
 











Oleh :

IDA BAGUS NGURAH YUDHI DHARMAWAN

XI IPA 4

(47)


SMA NEGERI 1 KEDIRI
TAHUN AJARAN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN


1.1.                     Latar Belakang
1.1.1.      Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang amat besar. Kekayaan alam ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri yang bersumber dari alam. Dewasa ini masyarakat cenderung memilih untuk kembali ke alam. Obat-obatan, kosmetik, bahan pewarna makanan dan minuman serta tekstil banyak yang berbahan baku dari tumbuhan ataupun hewan.

1.2.                     Dasar Teori
1.2.1.    Penentuan Sukrosa
Penentuan sukrosa dapat langsung ditentukan jumlahnya dengan refraktometer, selain itu dapat dianalisa dengan cara kimia yaitu dengan menentukan gula reduksi yang dihasilkan setelah sukrosa dihidrolisisa dengan asam atau dengan enzim. Penentuannya dapat secara luff schorl, Lane Eyenon, Munson Walker, iodometri, atau cara enzimatis atau spektrofotometri.
Hidrolisa sukrosa akan dihasilkan 2 mol gula reduksi yang berupa fruktosa yang dapat dituliskan sebagai berikut :
 C6 H12 O6 + C6 H12 O6èC6 H22 O11 + H2 O
Sukrosa Fruktoa Glukosa
BM= 342 BM= 180 BM=180
Setelah diketahui jumlah gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisa sukrosa maka dapat dihitung jumlah sukrosa yaitu dengan mengalikan dengan suatu faktor sebesar 0,95. Faktor ini diperoleh dari perbandingan BM sukrosadengan BM dua molekul gula reduksi
Faktor konversi = BM sukrosa = 342 / 2x 180 = 0,95
2 BM gula reduksi
Luff Schoorl
Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu :
1)      Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2)      Menggunakan prosedur Lae-Eynon
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.

Molish
Karbohidrat oleh asam sulfat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan alfa naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi alfa naftoh melelui dinding gelas dan secara hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.

Fufural Alfa naftol Metil furfural
Dehidrasi pentosa oleh asam akan dihasilkan furfural, dehidrasi heksosa menghasilkan hiodroksi metil furfural, dan hidriksi ramnosa dehasilkan metil furfural.

1.3.                     Profil Bahan
1.3.1.      Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya.

1.3.2.      Sebutan "jeruk" kadang-kadang juga disematkan pada beberapa anggota marga lain yang masih berkerabat dalam suku yang sama, seperti kingkit. Dalam bahasa sehari-hari, penyebutan "jeruk" atau "limau" (di Sumatra dan Malaysia) seringkali berarti "jeruk keprok" atau "jeruk manis". Di Jawa, "limau" (atau "limo") berarti "jeruk nipis".

1.3.3.      Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkan hibrida antarspesies ('interspecific hybrid) yang memiliki karakter yang khas, yang berbeda dari spesies tetuanya. Keanekaragaman ini seringkali menyulitkan klasifikasi, penamaan dan pengenalan terhadap anggota-anggotanya, karena orang baru dapat melihat perbedaan setelah bunga atau buahnya muncul. Akibatnya tidak diketahui dengan jelas berapa banyak jenisnya. Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan adalah keterkaitan kuat Citrus dengan genus Fortunella (kumkuat), Poncirus, serta Microcitrus dan Eremocitrus, sehingga ada kemungkinan dilakukan penggabungan. Citrus sendiri memiliki dua anakmarga (subgenus), yaitu Citrus dan Papeda.

1.3.4.      Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang dari Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke barat ke arah India bagian timur. Jeruk manis dan sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara.

BAB II
LANGKAH KERJA


2.1.                     Bahan Yang Digunakan
2.1.1.      Kulit Jeruk Besar                                            1 kg
2.1.2.      Larutan Gula 60%                                           1 liter
2.1.3.      Kapur Sirih                                                      2 sdt
2.1.4.      Tawas                                                              2 sdt
2.1.5.      Air Bersih                                                        secukupnya
2.1.6.      Pewarna Makanan                                           secukupnya

2.2.                     Alat Yang Digunakan
2.2.1.      Pisau
2.2.2.      Panci
2.2.3.      Kompor
2.2.4.      Pengaduk
2.2.5.      Cetakan
2.2.6.      Saringan
2.2.7.      Timbangan
2.2.8.      Gelas Ukur


2.3.                     Langkah-Langkah Pembuatan
2.3.1.      Bagian luar kulit jeruk yang berwarna hijau atau kuning dikupas dan bagian dalamnya yang berwarna putih diiris atau dipotong sesuai selera.
2.3.2.      Potongan kulit jeruk tersebut dicuci bersih untuk menghilangkan getah dan kotorannya.
2.3.3.      Siapkan air 1 liter yang dicampur kapur sirih dan tawas.
2.3.4.      Rendam kulit jeruk dalam larutan kapur sirih dan diamkan selama + 2 hari agar teksturnya menjadi keras dan kenyal.
2.3.5.      Pada hari ketiga potongan kulit jeruk dicuci dengan air bersih.
2.3.6.      Selanjutnya kulit jeruk direbus dengan air secukupnya sampai teksturnya empuk, setelah itu angkat dan tiriskan.
2.3.7.      Panaskan larutan gula sampai mendidih dan agak kental. Bila ingin kulit jeruknya berwarna maka masukanlah pewarna makanan. Tapi bila larutan gulanya terbuat dari gula jawa maka tidak perlu pewarna karena nantinya sudah berwarna coklat.
2.3.8.      Selanjutnya masukan kulit jeruk dalam larutan gula tadi sambil diaduk-aduk, pada saat itu sebaiknya gunakan api yang kecil.
2.3.9.      Setelah larutan gula habis maka pengapian dihentikan dan kulit jeruk dituang ke dalam cetakan, selanjutnya didinginkan.
2.3.10.  Bila sudah dingin, kulit jeruk dimasukan ke dalam tempat yang kedap udara dan terhindar dari sinar matahari. Manisan kulit jeruk siap dimakan kapan saja.


2.4.                     Cara Pengujian
2.4.1.  Analisis Kualitatif Karbohidrat Kulit Jeruk
2.4.1.1.            Uji Molish
Ditambahkan 5 tetes reagen Molish ke dalam tabung berisi 2 ml larutan sampel. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Amati terbentuknya cincin ungu berarti sampel mengandung karbohidrat.

2.4.1.2.            Uji Benedict
Ditambahkan 8 tetes larutan sampel yang mengandung 5 ml reagen Benedict. Kemudian tabung ditempatkan dalam panci dan didihkan selama 3 menit. Biarkan pada suhu kamar dan diamati terbentuknya endapan merah bata yang menunjukkan adanya gula pereduksi dalam sampel.

2.4.2.  Analisis Kuantitatif Kulit Jeruk Metode Luff Schoorl
2.4.2.1.            Ambil 5 ml sampel setelah disaring dalam Erlenmeyer, ditambahkan 25 ml reagen. Dibuat juga larutan blanko, yaitu 25 ml reagen Luff Schoorl ditambah 25 ml aquades.
2.4.2.2.            Kedua larutan didihkan selama 2 menit.
2.4.2.3.            Didinginkan cepat-cepat dan ditambahkan 15 ml larutan KI 20% serta ditambahkan 25 ml H2SO4 26,5% melalui dinding Erlenmeyer.
2.4.2.4.            Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 memakai indikator amilum sebanyak 2-3 ml yang ditambahkan menjelang titik akhir titrasi.
2.4.2.5.            Kadar gula reduksi dalam sampel ditentukan dari selisih volume titran sampel dan blanko dengan bantuan sampel.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.                     Hasil
3.1.1.      Warna manisan kulit jeruk sedikit lebih gelap
3.1.2.      Rasa manis
3.1.3.      Penentuan kadar sukrosa dengan metode luff schoorl:
Volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk :
Tirasi blanko = 22,6 ml
Titrasi sampel = 10,6 ml
Selisih volume = (22,6-10,6)ml = 12,00 ml
Berdasarkan tabel pada lampiran untuk volume 12 ml Na2S2O3 0,1 N, maka kadar sukrosa sebesar 30,3, ml.
Volume sampel 2ml, sehingga kadar sukrosa( 30,3 mg/ 2 ) sebesar 15,015 mg/ml. Atau dalam 100 ml sampel 1501,5 gr/100 ml = 1,5015mg/100ml % (b/v).

3.2.                     Pembahasan
3.2.1.      Karbohidrat oleh asam sulfat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan alfa naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi alfa naftoh melalui dinding gelas dan secara hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
Penentuan sukrosa ditentukan jumlahnya dengan luff schorl, dari hasil titrasi yang dilakukan diperoleh volume Na2S2O3 0,1 N sebanyak 22,6 ml pada larutan blangko, dan 10,6 ml pada larutan sampel. Sehingga diperoleh selisih diantara keduanya yaitu sebesar 12 ml. Berdasarkan tabel pada lampiran, maka untuk volume 12 ml Na2S2O3 0,1 ml, maka kadar sukrosa sebesar 30,3 ml.
Dengan volume sampel 2 ml, sehingga kadar sukrosa sebesar 15,015 mg. Maka kadar sukrosa dalam sampel diperoleh 1501,5 mg/ 100 ml atau 1,5015 gram/ 100 ml % (b/v)
Hidrolisa sukrosa akan dihasilkan 2 mol gula reduksi yang berupa fruktosa yang dapat dituliskan sebagai berikut :
 C6 H12 O6 + C6 H12 O6èC6 H22 O11 + H2 O
Sukrosa Fruktoa Glukosa
BM= 342 BM= 180 BM=180
Dalam praktikum ini digunakan kulit jeruk sebagai bahan baku pembuatan manisan kulit jeruk. Kulit jeruk yang digunakan adalah kulit bagian hanya dalam, hal ini untuk menjaga kualitas manisan yang dihasilkan agar lebih baik dan mempunyai kandungan glukosa yang tinggi. Selanjutnya kulit jeruk diblender untuk memudahkan praktikan untuk mendapatkan kandungan karbohidrat yang tersimpan dalam kulit jeruk.
Dari hasil pengamatan fermentasi yang dilakukan selama 2 hari, pada hari pertama pembentukan manisan kurang begitu cepat, sehingga lapisan manisan yang terbentuk sangat tipis. Akan tetapi setelah 2 hari manisan kulit jeruk yang dihasilkan cukup baik, bahkan memiliki ketebalan dan massa yang besar.
Proses pemasakan produk manisan secara berulang ulang bertujuan untuk mematikan bakteri yang masih aktif didalam produk manisan.


BAB IV
SIMPULAN


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi alfa naftoh melelui dinding gelas dan secara hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
2.      Furfural atau hidroksi metil furfural dengan alfa naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.
3.      Dari hasil fermentasi air perasan kulit jeruk, diperoleh produk manisan kulit jeruk yang padat dan tebal..
4.      Kulit jeruk yang selama ini dibuang karena dianggap sebagai limbah, ternyata memiliki nilai guna dan bernilai ekonomis.
5.      Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, manisan dari kulit jeruk masih memiliki peluang pasar yang baik karena di pasaran masih jarang dijumpai manisan yang berbahan dasar kulit jeruk. Pembuatan produk manisan berbahan dasar kulit jeruk ini tidak memerlukan dana yang terlalu besar, karena bahan dasar yang digunakan mudah untuk didapat dan harganya juga tidak terlalu mahal.



















DAFTAR PUSTAKA




(www.animefushigi.com/reviews/item/42) (diakses pada 25 Desember 2005)





(www.theworldGodonlyknows.com/reviews/item/55) (diakses pada 14 maret 2005)

No comments:

Post a Comment

Cara Membuat Effect Hollogram dengan Photoshop

Om Swastiastu Kawand-kawand Youtuber... Oke kawand-kawand pada hari ini saya akan memberikan tutorial efek photoshop kali ini, mimin ...