BAHASA INDONESIA
Oleh :
IDA BAGUS NGURAH YUDHI DHARMAWAN
XI IPA 4
(47)
SMA
NEGERI 1 KEDIRI
TAHUN
AJARAN 2011/2012
Sumber: Inspiration_Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.1.1. Indonesia
adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang amat besar. Kekayaan alam ini
potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri yang bersumber dari
alam. Dewasa ini masyarakat cenderung memilih untuk kembali ke alam.
Obat-obatan, kosmetik, bahan pewarna makanan dan minuman serta tekstil banyak
yang berbahan baku dari tumbuhan ataupun hewan.
1.2.
Dasar Teori
1.2.1. Penentuan Sukrosa
Penentuan
sukrosa dapat langsung ditentukan jumlahnya dengan refraktometer, selain itu
dapat dianalisa dengan cara kimia yaitu dengan menentukan gula reduksi yang
dihasilkan setelah sukrosa dihidrolisisa dengan asam atau dengan enzim.
Penentuannya dapat secara luff schorl, Lane Eyenon, Munson Walker, iodometri,
atau cara enzimatis atau spektrofotometri.
Hidrolisa sukrosa
akan dihasilkan 2 mol gula reduksi yang berupa fruktosa yang dapat dituliskan
sebagai berikut :
C6 H12 O6 + C6 H12 O6èC6 H22 O11 + H2 O
Sukrosa Fruktoa
Glukosa
BM= 342 BM= 180
BM=180
Setelah
diketahui jumlah gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisa sukrosa maka dapat
dihitung jumlah sukrosa yaitu dengan mengalikan dengan suatu faktor sebesar
0,95. Faktor ini diperoleh dari perbandingan BM sukrosadengan BM dua molekul
gula reduksi
Faktor konversi = BM
sukrosa = 342 / 2x 180 = 0,95
2 BM gula reduksi
Luff Schoorl
Pada metode Luff
Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu :
1) Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2) Menggunakan prosedur Lae-Eynon
Metode
Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff
Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10%.
Metode
Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang
konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa
hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
Pengukuran karbohidrat
yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada
reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH
+ Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 +
I2
2 S2O32- + I2 S4O62-
+ 2 I-
Monosakarida
akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan
direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa
yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi
terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat
(misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi
dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2
bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2
akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu,
jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum
sebelum titik ekivalen.
Molish
Karbohidrat
oleh asam sulfat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya
monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau
hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan alfa
naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.
Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi alfa
naftoh melelui dinding gelas dan secara hati-hati maka warna ungu yang
terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam
sulfat.
Fufural Alfa naftol
Metil furfural
Dehidrasi
pentosa oleh asam akan dihasilkan furfural, dehidrasi heksosa menghasilkan
hiodroksi metil furfural, dan hidriksi ramnosa dehasilkan metil furfural.
1.3.
Profil Bahan
1.3.1. Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus
dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging
dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara anggotanya yang
memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya.
1.3.2. Sebutan "jeruk" kadang-kadang juga
disematkan pada beberapa anggota marga lain yang masih berkerabat dalam suku
yang sama, seperti kingkit. Dalam bahasa sehari-hari, penyebutan
"jeruk" atau "limau" (di Sumatra dan Malaysia) seringkali
berarti "jeruk keprok"
atau "jeruk manis". Di Jawa, "limau" (atau
"limo") berarti "jeruk nipis".
1.3.3. Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkan hibrida antarspesies ('interspecific hybrid) yang memiliki karakter
yang khas, yang berbeda dari spesies tetuanya. Keanekaragaman ini seringkali
menyulitkan klasifikasi, penamaan dan pengenalan terhadap anggota-anggotanya,
karena orang baru dapat melihat perbedaan setelah bunga atau buahnya muncul.
Akibatnya tidak diketahui dengan jelas berapa banyak jenisnya.
Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan adalah keterkaitan kuat Citrus
dengan genus Fortunella (kumkuat), Poncirus, serta Microcitrus
dan Eremocitrus, sehingga ada kemungkinan dilakukan penggabungan. Citrus
sendiri memiliki dua anakmarga (subgenus), yaitu Citrus dan Papeda.
1.3.4. Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang dari
Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke barat ke arah India bagian
timur. Jeruk manis dan sitrun (lemon)
berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara.
BAB II
LANGKAH KERJA
2.1.
Bahan Yang Digunakan
2.1.1.
Kulit Jeruk Besar 1 kg
2.1.2.
Larutan Gula 60% 1
liter
2.1.3.
Kapur Sirih 2
sdt
2.1.4.
Tawas 2
sdt
2.1.5.
Air Bersih secukupnya
2.1.6.
Pewarna Makanan secukupnya
2.2.
Alat Yang Digunakan
2.2.1.
Pisau
2.2.2.
Panci
2.2.3.
Kompor
2.2.4.
Pengaduk
2.2.5.
Cetakan
2.2.6.
Saringan
2.2.7.
Timbangan
2.2.8.
Gelas Ukur
2.3.
Langkah-Langkah Pembuatan
2.3.1.
Bagian luar kulit jeruk yang berwarna hijau atau
kuning dikupas dan bagian dalamnya yang berwarna putih diiris atau dipotong
sesuai selera.
2.3.2.
Potongan kulit jeruk tersebut dicuci bersih
untuk menghilangkan getah dan kotorannya.
2.3.3.
Siapkan air 1 liter yang dicampur kapur sirih
dan tawas.
2.3.4.
Rendam kulit jeruk dalam larutan kapur sirih dan
diamkan selama + 2 hari agar teksturnya menjadi keras dan kenyal.
2.3.5.
Pada hari ketiga potongan kulit jeruk dicuci
dengan air bersih.
2.3.6.
Selanjutnya kulit jeruk direbus dengan air
secukupnya sampai teksturnya empuk, setelah itu angkat dan tiriskan.
2.3.7.
Panaskan larutan gula sampai mendidih dan agak
kental. Bila ingin kulit jeruknya berwarna maka masukanlah pewarna makanan.
Tapi bila larutan gulanya terbuat dari gula jawa maka tidak perlu pewarna
karena nantinya sudah berwarna coklat.
2.3.8.
Selanjutnya masukan kulit jeruk dalam larutan
gula tadi sambil diaduk-aduk, pada saat itu sebaiknya gunakan api yang kecil.
2.3.9.
Setelah larutan gula habis maka pengapian
dihentikan dan kulit jeruk dituang ke dalam cetakan, selanjutnya didinginkan.
2.3.10.
Bila sudah dingin, kulit jeruk dimasukan ke
dalam tempat yang kedap udara dan terhindar dari sinar matahari. Manisan kulit
jeruk siap dimakan kapan saja.
2.4.
Cara Pengujian
2.4.1.
Analisis Kualitatif Karbohidrat Kulit Jeruk
2.4.1.1.
Uji
Molish
Ditambahkan 5 tetes
reagen Molish ke dalam tabung berisi 2 ml larutan sampel. Kemudian ditambahkan
H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Amati terbentuknya cincin ungu berarti
sampel mengandung karbohidrat.
2.4.1.2.
Uji Benedict
Ditambahkan 8 tetes
larutan sampel yang mengandung 5 ml reagen Benedict. Kemudian tabung
ditempatkan dalam panci dan didihkan selama 3 menit. Biarkan pada suhu kamar
dan diamati terbentuknya endapan merah bata yang menunjukkan adanya gula
pereduksi dalam sampel.
2.4.2.
Analisis Kuantitatif Kulit Jeruk Metode Luff Schoorl
2.4.2.1.
Ambil
5 ml sampel setelah disaring dalam Erlenmeyer, ditambahkan 25 ml reagen. Dibuat
juga larutan blanko, yaitu 25 ml reagen Luff Schoorl ditambah 25 ml aquades.
2.4.2.2.
Kedua
larutan didihkan selama 2 menit.
2.4.2.3.
Didinginkan
cepat-cepat dan ditambahkan 15 ml larutan KI 20% serta ditambahkan 25 ml H2SO4
26,5% melalui dinding Erlenmeyer.
2.4.2.4.
Iodium
yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 memakai indikator amilum sebanyak 2-3
ml yang ditambahkan menjelang titik akhir titrasi.
2.4.2.5.
Kadar
gula reduksi dalam sampel ditentukan dari selisih volume titran sampel dan
blanko dengan bantuan sampel.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
3.1.1. Warna manisan kulit jeruk sedikit lebih gelap
3.1.2. Rasa manis
3.1.3. Penentuan kadar sukrosa dengan metode
luff schoorl:
Volume Na2S2O3 0,1 N
yang diperlukan untuk :
Tirasi blanko = 22,6
ml
Titrasi sampel = 10,6
ml
Selisih volume =
(22,6-10,6)ml = 12,00 ml
Berdasarkan tabel
pada lampiran untuk volume 12 ml Na2S2O3 0,1 N, maka kadar sukrosa sebesar
30,3, ml.
Volume sampel 2ml,
sehingga kadar sukrosa( 30,3 mg/ 2 ) sebesar 15,015 mg/ml. Atau dalam 100 ml
sampel 1501,5 gr/100 ml = 1,5015mg/100ml % (b/v).
3.2.
Pembahasan
3.2.1. Karbohidrat oleh asam sulfat akan
dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami
dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural.
Furfural atau hidroksi metil furfural dengan alfa naftol akan berkondensasi membentuk
senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan
karbohidrat yang telah diberi alfa naftoh melalui dinding gelas dan secara
hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara
larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
Penentuan
sukrosa ditentukan jumlahnya dengan luff schorl, dari hasil titrasi yang
dilakukan diperoleh volume Na2S2O3 0,1 N sebanyak 22,6 ml pada larutan blangko,
dan 10,6 ml pada larutan sampel. Sehingga diperoleh selisih diantara keduanya
yaitu sebesar 12 ml. Berdasarkan tabel pada lampiran, maka untuk volume 12 ml
Na2S2O3 0,1 ml, maka kadar sukrosa sebesar 30,3 ml.
Dengan
volume sampel 2 ml, sehingga kadar sukrosa sebesar 15,015 mg. Maka kadar
sukrosa dalam sampel diperoleh 1501,5 mg/ 100 ml atau 1,5015 gram/ 100 ml %
(b/v)
Hidrolisa sukrosa
akan dihasilkan 2 mol gula reduksi yang berupa fruktosa yang dapat dituliskan
sebagai berikut :
C6 H12 O6 + C6 H12 O6èC6 H22 O11 + H2 O
Sukrosa Fruktoa
Glukosa
BM= 342 BM= 180
BM=180
Dalam
praktikum ini digunakan kulit jeruk sebagai bahan baku pembuatan manisan kulit
jeruk. Kulit jeruk yang digunakan adalah kulit bagian hanya dalam, hal ini
untuk menjaga kualitas manisan yang dihasilkan agar lebih baik dan mempunyai
kandungan glukosa yang tinggi. Selanjutnya kulit jeruk diblender untuk
memudahkan praktikan untuk mendapatkan kandungan karbohidrat yang tersimpan
dalam kulit jeruk.
Dari
hasil pengamatan fermentasi yang dilakukan selama 2 hari, pada hari pertama
pembentukan manisan kurang begitu cepat, sehingga lapisan manisan yang
terbentuk sangat tipis. Akan tetapi setelah 2 hari manisan kulit jeruk yang
dihasilkan cukup baik, bahkan memiliki ketebalan dan massa yang besar.
Proses
pemasakan produk manisan secara berulang ulang bertujuan untuk mematikan
bakteri yang masih aktif didalam produk manisan.
BAB IV
SIMPULAN
Dari hasil percobaan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian asam sulfat pada larutan
karbohidrat yang telah diberi alfa naftoh melelui dinding gelas dan secara
hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara
larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
2. Furfural atau hidroksi metil furfural
dengan alfa naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna
ungu.
3. Dari hasil fermentasi air perasan kulit
jeruk, diperoleh produk manisan kulit jeruk yang padat dan tebal..
4. Kulit jeruk yang selama ini dibuang
karena dianggap sebagai limbah, ternyata memiliki nilai guna dan bernilai
ekonomis.
5. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan, manisan dari kulit jeruk masih memiliki peluang pasar yang baik
karena di pasaran masih jarang dijumpai manisan yang berbahan dasar kulit jeruk.
Pembuatan produk manisan berbahan dasar kulit jeruk ini tidak memerlukan dana
yang terlalu besar, karena bahan dasar yang digunakan mudah untuk didapat dan
harganya juga tidak terlalu mahal.
DAFTAR PUSTAKA
http://souleater.net/2009/01/29/pemanfaatan-limbah-dari-tanaman-jeruk/(diakses pada 21 April 2007)
http://karya-ilmiah.ao.ex.com/exorcist.php/go/article/view/5521(diakses pada 5 Mei 2005)
(www.animefushigi.com/reviews/item/42) (diakses pada 25 Desember 2005)
http://tbs213075.angelbeats.com/2008/05/panduan-praktikum-pembuatan-permen-de_48.html(diakses pada 24 Maret 2009)
http://blackrockshooter.aniplex.com/2009/11/21/luff-schoorl/(diakses pada 8 Mei 2008)
http://eurekaseven.worldpress.com/2010/7/5/astralocean/(diakses pada 7 Mei 2010)
(www.theworldGodonlyknows.com/reviews/item/55) (diakses pada 14 maret 2005)
No comments:
Post a Comment