Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
Manusia adalah
mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri,
dan tuhan.beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke- 20
manusia mengalami krisis total.disebut demikian karena yang dilanda krisis
bukan hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti krisis ekonomi,krisis
energi,dan sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri.dalam
krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat,dengan
lingkunganya,dengan dirinya sendiri,dan dengan tuhannya.tidak ada hubungan
pengenalan,pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia.ini lah yang melanda
manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.
Dalam hubugan ini,pendidikan mempunyai peranan penting
sebagai wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai
kebahagiaan.yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas
hubungannya dengan dirinya,lingkunganya,dan tuhannya.untuk menciptakan rasa
kebersamaan dengan individu lain nya,rasa menghormati,serta menjalin hubungan
yang baik,maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar
terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik.dimensi-dimensi
tersebut itu ialah
Jadi Manusia adalah mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang
dikaruniai status sebagai Khalifah Allah diatas bumi.Bayi dianugerahi keadaan
jasmani yang lemah tetapi memiliki potensi-potensi jasmaniah berupa
konstruksi tubuh lengkap serta rokhaniah berupa daya
cipta,rasa,karsa,intuisi,bakat.Faktor-faktor potensi bawaan inilah yang
membedakan manusia yang satu dengan yang lainya yang bersifat unik yang dapat
berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan. Sehingga seorang individu akan
menemukan rasa kepribadiannya.
dimensi individual adalahkeperibadian seseorang yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide).Seorang
pakar pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan bahwa setiap orang memiliki
individualitas,maksudnya dua anak kembar yang berasal dari satu telur yang
lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu dan yang
lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi identik.hal ini berlaku pada
sifat-sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan
bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak,perasaan,cita-cita, kecenderungan, semangat,dan daya tahan yang
berbeda.contoh sederhananya saja dua oarang murit sekelas yang mempunyai nama
yang sama tidak pernah bersedia untuk di samakan satu sama lain,arti katanya
masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya sendiri,gambaran
tersebut telah dikekemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi dan
matematika inggris,dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur
ternyata ternyata tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan
kepribadiannya.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki
dorongan untuk mandiri yang sangat kuat,meskipun disisi lain pada anak
terdapat rasa tidak berdaya,sehingga memerlukan pihak lain(pendidik) yang
dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan
bimbingan,sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial
telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidika agar
bisa menjadi kenyataan,sebab tanpa dibina melalui pendiidikan,benih-benih
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu
kepribadian yang unik akan tetap tinggal laten.serta kesanggupan untuk
memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari
adanya individualitas pada diri manusia.dengan kata lain kepribadiaan
seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya,sehingga seseorang tidak
memiliki warna kepribadiaan yang khas sebagai miliknya.jika terjadi hal
demikian seorang tidak memilki kepribdian yang otonom dan orang seperti ini
tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa,padahal fungsi
utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya
atau menemukan ke mandiriannya sendiri.pola pendidikan yang bersifat
demokratis di pandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya
potensi individualitas seseorang.
Dimensi kesosilaan
dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas
pada dorongan untuk bergaul,dengan adanya dorongan untuk bergaul,setiap orang
ingin bertemu sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu
dengan adat kebudayaan tertentu pula.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia,maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain.
Seorang dapat mengembangkan kegemarannya,
sikapnya,cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya.seseorang
berkesempatan untuk belajar dari orang lain,mengidentipikasi sifat-sifat yang
dikagumi dari orang lain untuk di milikinya,serta menolak sifat-sifat yang
tidak dicocokinya.hanya didalam berintraksi dengan sesamanya,dalam saling
menerima dan memberi,seseorang menyadari dan menghayati Kemanusiaannya.banyak
bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak ada berada
diantara manusia.
Dimensi kesusilaan
Susiala berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih
tinggi.akan tetapi dalm kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya
berbuat yang pantas jika didalamyang pantas atau sopan itu misalnya
terkandung kejahatan terselubung.dimensi kesusilaan disebut juga keputusan
yang lebih tinggi.kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.etika adalah
(persoalan kebaikan ) sedangkan etiket adalah (persoalan kepantasan dan
kesopanan ). pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila,serta melaksanakannya.sehingga dikatakan manusia itu makhluk
susila.persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai
kehidupan.Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih sempurna.
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk
menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang
pantas dan manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya
yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak secara
susila.Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki
nilai-nilai,menghayati,dan melaksanakan nilai tersebut dalam
perbuatan.Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh
manusia karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemulian dan
sebagainya,sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam
hidup.Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan
melakukan kewajiban disamping hak pada peserta didik.
Dimensi keberagamaan
pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang,agama menjadisandaran vertikal manusia. dan
Manusia adalah mahluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg
dipercayainya yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kesehatan dan
keselamatannya.Manusia sebagai mahluk beragama mempunyai kemampuan menghayati
pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi,komitmenaktif&praktekritual.
Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya
keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan.Di dalam masyarakat
Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda,
diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling
pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, & persahabatan.
Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia.
Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi
keindividuan, kesosialan, kesusilaan, & keberagamaan berangkat dari
anggapan dasar bahwa manusia secara potensial memiliki semua dimensi
tersebut, yang memungkinkan dan harus dapat dikembangkan secara bertahap,
terarah dan terpadu melalui pendidikan sehingga dapat menjadi aktual.
Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara selaras serasi seimbang tanpa kehilangan jati dirinya. Pengembangannya sebagai peserta didik diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, & masyarakat pengembangan self extence menyangkut aspek jasmani-rohani,cipta-rasa-karsasebagaidimensikeindividuan.
Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sejak lahir hingga ajalnya perlu dibantu oleh
orang lain.Manusia harus merasa sadar dirinya terpanggil untuk berbuat baik
bagi orang lain dan masyarakat.Pengembangan dimensi tersebut harus dimulai
sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat, untuk itu nilai/norma/kaidah yang
berlaku didalam keluarga juga perlu dijunjung tinggi disekolah dan
masyarakat.
Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Hanya manusia sajalah yang mampu menghayati norma-norma
dan nilai-nilai dalam kehidupan sehingga dapat menetapkan pilihan tingkah
laku yang baik dan yang buruk.
Bagi manusia Indonesia norma-norma dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai universal yang diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang terkandung dalam budaya bangsa.Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah manusia yang memiliki pikiran,ide,gagasan yang terkristal dalam kelima nilai dasar dalam Pancasila.
Sementara pihak ada yg lebih mengutamakan terciptanya
suasana penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan.Untuk itu yg
perlu diutamakan adalah sikap teladan dari orang tua, guru dan pendidik
lainnya disertai dengan pilihan metode pendidikan yang tepat dan ditunjang
dengan kemudahan-kemudahan fasilitas yang memadai.Demikian pula halnya di sekolah
dan di masyarakat yang religius.
|