MENGEMBANGKAN
BUDAYA KESELAMATAN DAN KEAMANAN KIMIA
Terbentuknya
budaya keselamatan dan keamanan bergantung pada pemahaman bahwa kesejahteraan
dan keamanan tiap orang, dan juga tergantung pada kerja sama tim dan tanggung jawab
masing-masing anggota. Budaya keselamatan dan keamanan harus dimiliki setiap
orang, tidak hanya harapan dari luar yang didorong oleh peraturan lembaga.
Laboratorium
akademik dan pengajaran memiliki tanggung jawab unik untuk menanamkan sikap
kesadaran keselamatan dan keamanan dan praktik laboratorium yang bijak
sepanjang hayat. Praktik yang aman harus dijadikan prioritas utama pengajaran
di laboratorium akademik. Memupuk kebiasaan dasar berperilaku bijak adalah
komponen yang sangat penting dari pendidikan kimia di setiap level dan tetap
penting sepanjang karier kimiawan.
Meskipun
mereka dipandu oleh pimpinan lembaga, siswa dan pegawai laboratorium lainnya bertanggung
jawab secara langsung untuk bekerja dengan aman dan menjaga bahan kimia yang
mereka gunakan. Semua orang yang bekerja di laboratorium, siswa atau pegawai,
harus mematuhi semua protokol keselamatan dan keamanan untuk melindungi diri
mereka sendiri dan orang lain.
Berikut beberapa
hal yang harus di perhatikan dalam kegiatan di laboratorium kimia :
a)
Kondisi tubuh dan pakaian dalam keadaan
rapi (misal, rambut diikat dan menggunakan jas lab)
b)
Pastikan anda sudah mempelajari materi
praktikum sebelum melakukan percobaan.
c)
Jika percobaan melibatkan arus
listrik,berhati-hati dalam memilih sumber listrik (AC/DC). Ikuti petunjuk dalam
prosedur percobaan!
d)
Gunakan zat dalam jumlah secukupnya
(tidak berlebihan) dalam setiap percobaan
e)
Jangan memegang sesuatu secara langsung
ketika memanaskannya. Gunakan penjepit yang tidak menghantarkan panas
f)
Jangan mencicipi zat kimia dalam bentuk
apapun,sebelum anda yakin akan keamanannya.
g)
Segera bersihkan zat-zat yamg tumpah
aselama percobaan (laporkan dulu pada petugas)
h)
Segera bersihkan anggota tubuh yang terkena bahan kimia, dan
biasakan mencuci tangan setelah melakukan percobaan.
i)
Jangan menggirup zat-zat secara
langsung. Uji bau zat-zat kimia harus di lakukan secara hati-hati dengan
mengibas-ngibas tangan dari zat kea rah gidung dalam jarak sekitar 20 cm.
j)
Jangn menyentuh bahan kimia secara
langsung. Gunakan sendok khusus untuk mengambilnya.
PEMELIHARAAN
DAN PENYIMPANAN ALAT LABORATORIUM
Pemeliharaan
di sini bukan berarti alat disimpan dengan baik sehingga alatnya selalu utuh,
akan tetapi alat tetap dipergunakan dan agar tahan lama, tentunya perlu
dilakukan perawatan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau awet. Jadi yang
dimaksud dengan pemeliharaan atau perawatan alat-alat atau menjaga keselamatan
alat adalah:
1)
menyimpan pada tempat yang aman
2)
perawatan termasuk menjaga
kebersihan
3)
penyusunan, penyimpanan alat-alat
yang berbentuk set
4)
menghindari pengaruh luar/lingkungan
terhadap alat.
Dalam pemeliharaan alat perlu
diketahui sifat-sifat dasar alat, antara lain:
1.
Zat atau bahan dasar pembuatan.
Bahan
dasar alat harus diketahui agar penyimpanan dan penggunaannya dapat dikontrol. Misalnya
alat gelas yang akan dipakai untuk pemanasan harus dipilih dari bahan yang tahan
panas. Bila suatu alat terbuat dari besi, atau sebagian pelengkap alat terbuat
dari besi, maka tidak boleh disimpan berdekatan dengan zat-zat kimia, terutama
yang bersifat korosif. Bahan besi dengan asam akan cepat berkarat.
2.
Berat alat.
Di laboratorium terdapat alat yang
ringan, ada yang berat. Untuk alat-alat berat jangan disimpan di tempat yang
tinggi, sehingga sewaktu mau menyimpan atau mengambil tidak sulit diangkat atau
dipindahkan.
3.
Kepekaan alat terhadap pengaruh
lingkungan.
Berbagai alat yang peka terhadap
lingkungan, misalnya terhadap kelembaban, di daerah yang dingin atau di daerah yang lembab
penyimpanan alat harus hati-hati, karena pada daerah lembab bila alat disimpan
dalam lemari kemungkinan besar akan ditumbuhi jamur. Lensa harus dijaga jangan
sampai berjamur. Lensa obyektif dan okuler cepat berjamur di daerah lembab.
Salah satu cara mencegah pengaruh kelembaban di lemari penyimpanan dipasang
lampu listrik, sehingga udara dalam lemari menjadi lebih kering. Mikroskop
harus disimpan dalam kotaknya dan diberi zat absorpsi (silika).
4.
Pengaruh bahan kimia.
Dalam laboratorium terdapat zat-zat
kimia. Beberapa zat kimia terutama yang korosif dapat mempengaruhi atau merusak
alat. Oleh karena itu zat-zat kimia harus disimpan berjauhan dari alat-alat,
terutama alat-alat yang terbuat dari logam.
5.
Pengaruh alat yang satu dengan yang
lain.
Dalam penyimpanan alat perlu
diperhatikan bahwaalat yang terbuat dari logam harus dipisahkan dari alat yang
terbuat dari gelas. Beberapa alat yang diset dan terdiri dari alatlogam dan
kaca, misalnya Respirator Ganong, Kalorimeter. Selain alat itu sendiri, dibutuhkan
standarnya. Setiap alat yang terkombinasi dari logam-kaca, sedapat mungkin dalam
penyimpanannya dipisahkan, pada waktu hendak dipakai barulah dipasang atau diset.
Magnet jangan disimpan dekat alat-alat yang sensitif pada magnet.
Stopwatchdapat kehilangan kestabilan bila disimpan berdekatan dengan magnet.
6.
Nilai/harga dari alat
Nilai atau
harga alat harus diketahui oleh petugas laboratorium, atau setidaknya petugas laboratorium
harus dapat menilai mana barang yang mahal, dan mana barang yang murah.
Ditinjau dari segi harganya alat-alat berharga harus disimpan pada tempat yang aman
atau lemari yang pakai kunci. Barang yang nilainya tidak begitu mahal dapat disimpan
pada rak atau tempat terbuka lainnya. Akan tetapi bila ada tempat/lemari tertutup
sebaiknya semua alat disimpan dalam lemari tersebut.
Jenis alat dalam bentuk set misalnya
setelectromagnet, semimicroapparatus
Untuk menjaga keawetan alat, bila
telah selesai digunakan hendaknya disusun kembali pada
tempat semula dengan susunan aturan
yang telah ditentukan. Penyusunan magnet dalam
seelectromagnetharus diperhatikan,
tidak boleh disimpan sembarangan tanpa aturan
karena dapat kehilangan sifat
kemagnetannya.
Alat-alat banyak menggunakan baterai
kering atau basah. Alat-alat yang
menggunakan baterai basah, ataupun
alat yang menggunakan arus listrik, bila sudah selesai
dipergunakan hendaknya segera
diputuskan arusnya atau disimpan dalam keadaan
sleep
Alat-alat yang menggunakan baterai
kering bila selesai digunakan baterai harus
dikeluarkan, dan waktu menyimpan
baterai harus dikeluarkan dari alat dan alat harus
disimpan dalam keadaansleep
Misalnya: pH-meter, comparator
lingkungan, osiloscope.
Di laboratorium bentuk alat juga
beraneka ragam. Banyak alat yang bentuknya
bundar, alat ini harus disimpan
sebaik mungkin, jangan sampai terguling. Ada alat yang
harus disimpan dalam keadaan
berdiri, misalnya hygrometer. Cara menyimpan alat ini
sebaiknya dalam keadaan tergantung.
Beberapa jenis thermometer mempunyai tempat
khusus (tabung). Setelah selesai
dipergunakan dibiasakan menyimpan atau segera
dimasukkan dalam tabungnya.
Perawatan alat secara rutin dapat
dilakukan. Sebelum alat digunakan hendaknya
diperiksa dulu kelengkapannya dan
harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah selesai
dipergunakan semua alat harus
dibersihkan kembali dan jangan disimpan dalam keadaan
kotor. Demikian juga kelengkapan
alat tersebut harus dicek terlebih dahulusebelum
disimpan. Lemari untuk menyimpan
alat seringkali terkena rayap, untuk mencegah rayap
yang dapat merusak berbagai jenis
alat, maka secara periodik perlu disemprot dengan
antihama atau sejenisnya atau dengan
memasukkan kapur barus pada lemari penyimpanan.
Setiap alat yang agak rumit selalu
mempunyai buku petunjuk atau keterangan
penggunaan. Maka sebelum alat
digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu
petunjuk penggunaan alat dan
petunjuk pemeliharaan atau perawatannya. Kita ketahui
bahwa nama alat sama dan fungsi sama
kemungkinan bisa berbeda cara penggunaannya,
karena pabrik yang mengeluarkan
berbeda dan tahun pembuatannya juga berbeda. Untuk itu dianjurkan agar setiap ada
alat baru harus terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku
petunjuk sebelum digunakan.
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN KIMIA
Mengingat bahwa sering terjadi
kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan
kimia beracun dalam gudang, maka
dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain
memperhatikan ketujuh sumber-sumber
kerusakan di atas juga perlu diperhatikan faktor
lain, yaitu:
Interaksi bahan kimia dengan
wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan
kebocoran
Kemungkinan interaksi antar bahan
dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau
timbulnya gas beracun
Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor di atas , beberapa syarat penyimpanan bahan
secara singkat adalah sebagai
berikut:
1. Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun.
Yang paling keras dan sering dijumpai di
laboratorium sekolah antara lain:
sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas
karbon monoksida (CO) dari aliran
gas. Syarat penyimpanan:
Ø
ruangan dingin dan berventilasi
Ø
jauh dari bahaya kebakaran
Ø
dipisahkan dari bahan-bahan yang
mungkin bereaksi
Ø
kran dari saluran gas harus tetap
dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
Ø
disediakan alat pelindung diri,
pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
2. Bahan korosif
merusak wadah dan bereaksi dengan
zat-zat beracun. Syarat penyimpanan:
Ø
ruangan dingin dan berventilasi
Ø
wadah tertutup dan beretiket
Ø
dipisahkan dari zat-zat beracun.
3. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat
terbakar sendiri, terbakar jika kena udara, kena
benda panas, kena api, atau jika
bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih,
fosfin (PH3C), misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin,
naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
Ø
temperatur dingin dan berventilasi
Ø
jauhkan dari sumber api atau panas,
terutama loncatan api listrik dan bara rokok
Ø
tersedia alat pemadam kebakaran
4. Bahan mudah meledak
Contoh bahan kimia mudah meledak
antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
Ø
ruangan dingin dan berventilasi dan jauhkan
dari panas dan api
Ø
hindarkan dari gesekan atau tumbukan
mekanis
dengan dahsyat. Kecepatan reaksi
zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi
pada waktu melakukan percobaan
misalnya:
Ø
natrium (Na) atau kalium (K) dengan
air
Ø
ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk
seng (Zn) dengan air
Ø
kalium nitrat (KNO3) dengan natrium
asetat (CH3COONa)
Ø
nitrat dengan eterperoksida dengan
magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)klorat dengan asam sulfat
5. Bahan Oksidator
Contoh:
perklorat, permanganat, peroksida organik
Syarat penyimpana:
Ø
temperatur ruangan dingin dan
berventilasi
Ø
jauhkan dari sumber api dan panas,
termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
Ø
jauhkan dari bahan-bahan cairan
mudah terbakar atau reduktor
6. Bahan reaktif terhadap air
Contoh:
natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
Ø
temperatur ruangan dingin, kering,
dan berventilasi
Ø
jauh dari sumber nyala api atau
panas
Ø
bangunan kedap air
Ø
disediakan pemadam kebakaran tanpa
air (CO2 dry powder)
7. Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan
asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau
beracun, contoh: natrium, hidrida,
sianida.
Ø
ruangan dingin dan berventilasi
Ø
jauhkan dari sumber api, panas, dan
asam
Ø
ruangan penyimpan perlu didesain
agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hydrogen dan disediakan alat pelindung diri seperti
kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan
Cl2dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
Ø
disimpan dalam keadaan tegak berdiri
dan terikat
Ø
ruangan dingin dan tidak terkena
langsung sinar matahari
Ø
jauh dari api dan panas
Ø
jauh dari bahan korosif yang dapat
merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu
dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya
waktu pentimpanan untuk zat-zat
tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara
dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin
besar jumlah peroksida. Isopropil
eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat
yang sering menimbulkan bahaya
akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat
sejenis eter tidak boleh disimpan
melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang
telah dibuka harus dihabiskan selama
enam bulan