December 19, 2010 at
6:03pm
Sumber: GTCOS
Besok udah masuk,
mungkin kalian juga sama. Rasanya berat melepas libur yang 'memalaskan' ini.
Padahal di hari pertama libur, dalem hati udah ngomel, 'libur 2 minggu itu
kebanyakan! mending 4 hari aja deh! bosen tau!'
lalu 13 hari kemudian..
'coba dikasi 10
minggu..T_T'
yah, 13 hari penuh
santai dapat menggeser otak manusia.
jadi, saya mau sharing
sedikit ttg saat liburan supaya ga bosen..
suatu hari, saya
keluar rumah jam 9 malam lewat untuk beli makanan. Cuaca lagi ekstrim dan
kenceng - kencengnya, jadi jam berapapun rasanya dingin sekali. Terkadang
gerimis dan tak jarang dapat hujan. Tapi tak apa, toh cuma aer. Hahaha.
Lima belas menit kemudian, saya sampai di gerobak martabak & terang bulan.
Saya memesan apa yg saya inginkan. Segera di-iyakan dua mas-mas dan mulai
menampakan skill memasak mereka.
Ketika duduk di
pinggir jalan kota kediri (tabanan) seperti ini, saya merasakan suasana malam
kota yang lain. Sepi, tapi sesekali kendaraan lewat. Dingin, tapi ada lampu
sebuah gerobak dagangan yg menghangatkan. Lampu terang indomaret dan lampu
hangat gerobak gorengan menghias pinggiran jalan. Kenapa saya jadi bicara kayak
puitis gini? saya juga ga tau. Mending kita lanjut.
Suasana ini tidak jauh
beda dgn suasana di jawa, jawa timur bersama teman - teman saya. Saat itu Bis
'D' study tour smp 1 Tabanan tiba paling akhir di sebuah hotel di malang
(sebenernya itu motel, tapi ketulis gitu di papannya). Tiba jam 1 dinihari
lewat.
Di dalam sudah
berkeliaran siswa-siswi smp 1. Mukanya pada kusut. Yg disekolah keliatan
ganteng, cantik, pintar, di sini keliatan ngiler dan berantakan. Termasuk saya.
Satu malam tidak bertemu pepsodent dan sikat gigi, bisa dibayangkan aroma naga
apa yg dipancarkan lewat mulut saya. Haha, namanya juga wisatawan..:D:D
Nah, kebetulan kami
lapar. Opsi pertama untuk mengisi perut: mampir ke McDonald di seberang karena
dirasa cuma itu yg masih buka dinihari begini. Sambil jalan kami pertimbangkan
dulu untung, rugi, modal, dan faktor 'akan kenyangkah kita di sana?' Setelah
diisi berbagai pendapat, kami putuskan ga beli di Mekdi. Kami sudah bulat. Cuma
Richi yg lonjong.
Sampai-sampai salah
satu teman ngomong, 'aah..di Bali kan banyak mekdi, kita cari makanan di
pinggir aja!' Padahal saya yakin dia ngomong gitu maksudnya ngirit ga belanja
di mekdi. Alasan yg sama dengan saya. Kami memang berpikir 10x untuk
mengeluarkan uang. Secara, uang saku kami terbatas.
Ternyata setelah
berjalan 300 meteran, plus ngelewatin jembatan seberang yg di Bali ga ada (biar
tau aja rasanya :P), ketemu gerobak yg menyala dengan lampu petromak. Didekati,
kami tanya, ternyata gerobak ini menjual nasi goreng. Sipp! kita beli ini!
Sambil nunggu nasi
goreng, sedikit mengobrol dengan abang - abang paruh baya yg nongkrong di sana.
Dia ternyata pernah tinggal di Bali selama beberapa tahun, lalu sedikit
komentar Bali itu seperti apa. Ada komentar yg memuji, ada juga yg mengkritik.
Detailnya? Terus terang saya lupa. Hehehe.
Akhirnya dii telapak
tangan sudah ada masing - masing 3 porsi nasi goreng dgn piringnya yg masih
panas. Minuman yg ada di bagi secara merata. Kami makan dengan suasana dingin
jam 2.30 dinihari.
Kembali ke waktu
sekarang...
Suasana malam kota jam
21.30 malam yg sepi karena cuaca labil, mengingatkan saya suasana Malang pada
Desember tahun lalu. Duduk di samping gerobak dagangan yg menghangatkan. Tapi
bedanya, kali ini saya duduk sendiri.
Pesanan nampaknya udah
siap. Taro hape di saku, uangnya diserahkan. Wajah mas-mas yg tadinya konsen
bikin terang bulan berubah berseri - seri setelah menerima uang.
Saya pulang, mulai
mikirin lagi sisa liburan ini mau di pakai apa aja..
---
No comments:
Post a Comment