August 9, 2013

Malam yang Sunyi dan Sengap

December 19, 2010 at 6:03pm
Sumber: GTCOS

Besok udah masuk, mungkin kalian juga sama. Rasanya berat melepas libur yang 'memalaskan' ini. Padahal di hari pertama libur, dalem hati udah ngomel, 'libur 2 minggu itu kebanyakan! mending 4 hari aja deh! bosen tau!'

lalu 13 hari kemudian..

'coba dikasi 10 minggu..T_T'

yah, 13 hari penuh santai dapat menggeser otak manusia.

jadi, saya mau sharing sedikit ttg saat liburan supaya ga bosen..

suatu hari, saya keluar rumah jam 9 malam lewat untuk beli makanan. Cuaca lagi ekstrim dan kenceng - kencengnya, jadi jam berapapun rasanya dingin sekali. Terkadang gerimis dan tak jarang dapat hujan. Tapi tak apa, toh cuma aer. Hahaha.  Lima belas menit kemudian, saya sampai di gerobak martabak & terang bulan. Saya memesan apa yg saya inginkan. Segera di-iyakan dua mas-mas dan mulai menampakan skill memasak mereka. 

Ketika duduk di pinggir jalan kota kediri (tabanan) seperti ini, saya merasakan suasana malam kota yang lain. Sepi, tapi sesekali kendaraan lewat. Dingin, tapi ada lampu sebuah gerobak dagangan yg menghangatkan. Lampu terang indomaret dan lampu hangat gerobak gorengan menghias pinggiran jalan. Kenapa saya jadi bicara kayak puitis gini? saya juga ga tau. Mending kita lanjut.

Suasana ini tidak jauh beda dgn suasana di jawa, jawa timur bersama teman - teman saya. Saat itu Bis 'D' study tour smp 1 Tabanan tiba paling akhir di sebuah hotel di malang (sebenernya itu motel, tapi ketulis gitu di papannya). Tiba jam 1 dinihari lewat.

Di dalam sudah berkeliaran siswa-siswi smp 1. Mukanya pada kusut. Yg disekolah keliatan ganteng, cantik, pintar, di sini keliatan ngiler dan berantakan. Termasuk saya. Satu malam tidak bertemu pepsodent dan sikat gigi, bisa dibayangkan aroma naga apa yg dipancarkan lewat mulut saya. Haha, namanya juga wisatawan..:D:D

Nah, kebetulan kami lapar. Opsi pertama untuk mengisi perut: mampir ke McDonald di seberang karena dirasa cuma itu yg masih buka dinihari begini. Sambil jalan kami pertimbangkan dulu untung, rugi, modal, dan faktor 'akan kenyangkah kita di sana?' Setelah diisi berbagai pendapat, kami putuskan ga beli di Mekdi. Kami sudah bulat. Cuma Richi yg lonjong.

Sampai-sampai salah satu teman ngomong, 'aah..di Bali kan banyak mekdi, kita cari makanan di pinggir aja!' Padahal saya yakin dia ngomong gitu maksudnya ngirit ga belanja di mekdi. Alasan yg sama dengan saya. Kami memang berpikir 10x untuk mengeluarkan uang. Secara, uang saku kami terbatas.

Ternyata setelah berjalan 300 meteran, plus ngelewatin jembatan seberang yg di Bali ga ada (biar tau aja rasanya :P), ketemu gerobak yg menyala dengan lampu petromak. Didekati, kami tanya, ternyata gerobak ini menjual nasi goreng. Sipp! kita beli ini!

Sambil nunggu nasi goreng, sedikit mengobrol dengan abang - abang paruh baya yg nongkrong di sana. Dia ternyata pernah tinggal di Bali selama beberapa tahun, lalu sedikit komentar Bali itu seperti apa. Ada komentar yg memuji, ada juga yg mengkritik. Detailnya? Terus terang saya lupa. Hehehe.

Akhirnya dii telapak tangan sudah ada masing - masing 3 porsi nasi goreng dgn piringnya yg masih panas. Minuman yg ada di bagi secara merata. Kami makan dengan suasana dingin jam 2.30 dinihari.

Kembali ke waktu sekarang...
Suasana malam kota jam 21.30 malam yg sepi karena cuaca labil, mengingatkan saya suasana Malang pada Desember tahun lalu. Duduk di samping gerobak dagangan yg menghangatkan. Tapi bedanya, kali ini saya duduk sendiri.

Pesanan nampaknya udah siap. Taro hape di saku, uangnya diserahkan. Wajah mas-mas yg tadinya konsen bikin terang bulan berubah berseri - seri setelah menerima uang.

Saya pulang, mulai mikirin lagi sisa liburan ini mau di pakai apa aja..


---

No comments:

Post a Comment

Cara Membuat Effect Hollogram dengan Photoshop

Om Swastiastu Kawand-kawand Youtuber... Oke kawand-kawand pada hari ini saya akan memberikan tutorial efek photoshop kali ini, mimin ...