BUDAYA
PEMBUANGAN SAMPAH SEMBARANGAN MENGAKIBATKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Oleh
I
PUTU SUAMBA YOGA
NIM
1313031034
Abstrak
Masalah kerusakan
lingkungan terutama akibat membuang sampah sembarangan menjadi masalah budaya
yang kecil, tapi berdampak besar bagi bangsa Indonesia. Pengertian sampah,
dampak atau bahaya serta cara-cara penanggulangannya dapat digambarkan pada
hasil penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan serta
pengamatan dilapangan yang mencangkup lingkungan sekitar dan peristiwa yang ada
di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggambarkan fenomena kerusakan
lingkungan akibat sampah serta bahaya sampah jangka panjang terhadap kualitas
lingkungn hidup. Dalam penelitian ini juga diulas cara penanggulangan sampah,
prinsip produksi, budaya buang sampah.
Hal pertama yang
diulas dalam penelitian ini adalah pengertian sampah, kemudian dibahas tentang
dampak sampah bagi manusia dan lingkungan, lalu menghusus pada bahaya sampah
plastik bagi kesehatan lingkungan dimana sampah plastik merupakan sampah
anorganik yang sulit diuraikan secara alami serta memiliki kandungan logam
berat yang berbahaya bagi lingkungan. Dalam menanggapi bahaya tersebut diulas
juga cara penanggulangan sampah yaitu dengan teknologi pembakaran yang
terkontrol dengan menggunakan incinerator dan dalam hal ini juga membahas cara
menghilangkan budaya membuang sampah sembarangan Disamping itu juga diulas cara
penanggulangan sampah dengan memperhitungkan prinsip-prinsip produksi, di dalam
hal in juga membahas tentang maanfaat sampah, bahwa sampah itu bukan tidak
berguna, sampah dapt dijadikan sebagai energy listrik dan biogas.
Kata
kunci : masalah sampah , budaya pembuangan sampah.
Salah satu penyebab rusaknya lingkungan
pada saat ini adalah suatu kebiasaan
yang kecil tapi berdampak besar bagi suatu lingkungan adalah suatu budaya
membuang sampah.sampah yang tidak bisa diolah yaitu sampah plastik. Karena
dalam hal ini sampah plastic tidak bisa diuraikan oleh organisme dan melekat
pada tanah. Dalam hal ini plastik mengandung banyak kandungan bahan kimia,banyak darinya yang tidak berwarna, berasa dan berbau,
namun potensial menimbulkan bahaya kesehatan. Sebagian besar dampak yang
diakibatkannya memang berdampak jangka panjang, seperti kanker, kerusakan
saraf, gangguan reproduksi dan lain-lain. Sifat racun sintetis yang tidak
berbau dan berwarna, dan dampak kesehatannya yang berjangka panjang, membuatnya
lepas dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang langsung bisa
dirasakan oleh panca indera kita. Hal ini terlebih dalam kasus sampah, di mana
gangguan bau yang menusuk dan pemandangan (keindahan/kebersihan) sangat menarik
perhatian panca indera kita. Begitu dominannya gangguan bau dan pemandangan
dari sampah inilah yang telah mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah,
yang lebih mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita.
Racun
dari sampah Saat ini sampah telah banyak berubah. Setengah abad yang lalu
masyarakat belum banyak mengenal plastik. Mereka lebih banyak menggunakan
berbagai jenis bahan organis. Di awal dasawarsa 1980, orang masih menggunakan
tas belanja dan membungkus daging dengan daun jati. Sedangkan sekarang kita
berhadapan dengan sampah-sampah jenis baru, khususnya berbagai jenis plastik.
Sifat plastik dan bahan organis sangat berbeda. Bahan organis mengandung
bahan-bahan alami yang bisa diuraikan oleh alam dengan berbagai cara, bahkan
hasil penguraiannya berguna untuk berbagai aspek kehidupan. Sampah plastik
dibuat dari bahan sintetis, umumnya menggunakan minyak bumi sebagai bahan
dasar, ditambah bahan-bahan tambahan yang umumnya merupakan logam berat
(kadnium, timbal, nikel) atau bahan beracun lainnya seperti Chlor. Racun dari
plastik ini terlepas pada saat terurai atau terbakar. Penguraian plastik akan
melepaskan berbagai jenis logam berat dan bahan kimia lain yang dikandungnya.
Bahan kimia ini terlarut dalam air atau terikat di tanah, dan kemudian masuk ke
tubuh kita melalui makanan dan minuman. Sedangkan pembakaran plastik
menghasilkan salah satu bahan paling berbahaya di dunia, yaitu Dioksin. Dioksin
adalah salah satu dari sedikit bahan kimia yang telah diteliti secara intensif
dan telah dipastikan menimbulkan Kanker. Bahaya dioksin sering disejajarkan
dengan DDT, yang sekarang telah dilarang di seluruh dunia. Selain dioksin, abu
hasil pembakaran juga berisi berbagai logam berat yang terkandung di dalam
plastik.
Melihat bgitu banyak dampak buruk sampah sehingga muncul
pertanyaan tentang. Apakah
yang di maksud dengan sampah? Bagaimana dampak sampah bagi manusia dan lingkungan? Bagaimana cara mencegah budaya
mebuang sampah sembarangan ? Bagaimana cara mengurangi sampah? Apa ada
manfaat sampah bagi manusia ? Dengan adanya pertanyaan tersebut maka dapat
dirumuskan beberapa tujuan yaitu. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan
sampah.Untuk mengetahui dampak sampah bagi kehidupan. Untuk mengetahui bahaya
sampah bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk mengetahui cara menanggulangi
sampah. Untuk mengetahui pengertian
prinsip
Pengertian sampah
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan
sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sementara menurut Slamet (2002),
sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai
atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan.
Tim Penulis Penebar Swadaya dalam (Salipadang, 2011:6) menyatakan bahwa sampah
adalah “suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” Menurut Tandjung dalam
(Alex, 2012:3) sampah merupakan “sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula.(Alex,2012:4) menyimpulkan bahwa sampah adalah
“barang yang tidak berharga, tidak memiliki nilai ekonomis, tidak berguna dan
barang yang sudah tidak diinginkan lagi.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah material
sisa yang dibuang karena material tersebut dianggap tidak berharga sehingga
tidak digunakan lagi. Dalam hal ini sampah juga dapat di bagi-bagi menjagi sampah
Cair, sampah alam, sampah manusia.Sampah cair adalah bahan cairan yang
telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah. Sampah cair dapat dibedakan menjadi limbah hitam dan limbah
rumah tangga. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.
Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam jumlah besar
dating dari aktivitas industry (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur,
dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada
suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. untuk
mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan
misalnya membuang ke selokan.
Sampah manusia adalah Sampah manusia
(Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap
hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi
kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri.
Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia
adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup
yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran
pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. Dalam hal ini sampah manusia tidak
berdampak berbahaya bagi lingkungan, justru berdampak menyuburkan tanah, karena
tidak mengandung zat kimia yang berbahaya.
Sampah alam adalah Sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daundaun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman. Samapah alam
menjadi bahan yang sangat bagus pupuk untuk tanaman dan menyuburkan tanah
karena mengandung humus.
Berdasarkan
sifatnya sampah dibedaka menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan
organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif
penanganan yang sesuai. Pengomposan dapat mengendalikan bahaya pencemaran yang
mungkin terjadi dan menghasilkan keuntungan. Teknologi pengomposan sampah
sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan
tambahan. Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik
secara biologis dalam temperatur thermophilic (suhu tinggi) dengan hasil akhir
berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah. Pengomposan dapat
dilakukan secara bersih dan tanpa menghasilkan kegaduhan di dalam maupun di
luar ruangan. Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang biasa
digunakan Activator Kompos seperti Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost).
Keunggulan dari proses pengomposan antara lain teknologinya yang sederhana,
biaya penanganan yang relatif rendah, serta dapat menangani sampah dalam jumlah
yang banyak (tergantung luasan lahan). Pengomposan secara aerobik paling banyak
digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan
kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh
mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan
pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan
udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari pengomposan ini
merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian
di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi
tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan
dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis,
menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan
sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Bahan baku
pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen,
seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah
industri pertanian.
Selain itu
juga ada sampah yang bersifat berbahaya yaitu sampah nuklir, sampah industri,
sampah pertambangan. Sampah ini sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan
alam sekitar, karena mengandung banyak zat kimia dan zat berbahaya, jika kita
membuang sampah ke sungai, populasi sungai akan rusak dan tidak ada lagi hewan
yang hidup disungai tersebut. Jika kita hanya membuang sampah tersebut di tong sampah
akan berdampak pada opulasi udara dan juga semua manusia yang menghirup
oksigen. Dan kita sebagai manusia yang mempunyai pemikiran yang luas maka kita
harus berpikir orang di sekitar kita dan alam di sekitar kita, jika tidak ada
alam ini kita sebagai manusia tidak akan bisa hidup dan perusahan-perusahan
juga memerlukan bahan-bahan dari alam, maka dari itu kita harus menjada alam
ini dengan baik dan benar supaya kita diberikan dampak yang baik bagi alam,
sehingga dunia ini tidak hancur.
Dampak
menumpuknya sampah dalam lingkungan
Dampak sampah itu ada banyak yaitu, dampak terhadap
kesehatan, pada lingkungan, pada social dan ekonomi. Adapun dampak dari
kesehatan yaitu Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat
bercampur dengan air minum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit jamur dapat
juga menyebar (misalnya jamur kulit) Penyakit yang dapat menyebar melalui
rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan
oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.Sampah beracun;
Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.
Pencemaran pada lingkungan yaitu Pembuangan sampah
yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang
dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan
Buangan Berbahaya. Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat
lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu
itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan
lingkungan sekitarnya. Dan pencemaran
pada udara yaitu padatnya jalan raya menyebabkan gangguan pada udara karena
banyak asap atau polusi yang disebabkan oleh kendaraan sepeda motor yang
mengandung karbondioksida dan monoksida. Dan tidak kendaraan saja yang dapat
mencemarkan udara tetapi penumpukan tempat pembuangan sampah yang tidak
diangkut atau diolah, dan juga kotoran sapi yang terlalu banyak yang mengandung
gas metana yang dapat merusak ozon. Adapun juga pencemaran pada air yaitu
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan
lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah
sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan
berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga
potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk
menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari
lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah
di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah
akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk
yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.Pencemaran pada keadaan social
dan ekonomi yaitu Pengelolaan sampah
yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk Karena sampah bertebaran
dimana-mana. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan yaitu Pengelolaan sampah yang tidak memadai
menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah
meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas)
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh
pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan
untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien,
orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)
Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi
keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, apabila sampah
tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan-gangguan antara
lain sebagai berikut:
Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena
mengandung gas-gas yang terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap,
daerah becek dan kadang-kadang berlumpur terutama apabila musimpenghujan
datang.
Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan
kondisi dari segi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal,
yang dapat mengganggu kehidupan dilingkungan sekitarnya. Disekitar daerah
pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen. Keadaan ini disebabkan
karena selama proses peromabakan sampah menjadi senyawa-senyawa sederhana
diperlukan oksigen yang diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan
oksigen dapat menyebankan kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak. Gas-gas
yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat membahayakan kesehatan
karena kadang-kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun. Dapat
menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan oleh lalat atau
seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan anjing.
Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan
sebagai pemandangan yang nyaman untuk dinikmati.
Mencegah
budaya membuang sampah sembarangan
kita sebagai
manusia kan mempunyai akal, budi,pikiran yang baik dan lebih tinggi daripada
hewan, maka dari itu, manusia harus memanfaatkan pemberian yang maha kuasa
tersebut dengan baik dan benar dan tidak menggunakannya dengan hal yang
sia-sia, dengan hal itu sebagai manusia harus berfikir ke depan untuk hidup dan
tidak memikirkan diri sendiri demi kepentingan, kita di dunia ini diciptakan
untuk menghargai sesama makhluk dan merawat lingkungan yang ada di sekitar
kita. Jika kita tidak bisa seperti itu, kita harus melihat di sekitar kitam
terutama di daerah yang selalu kebanjiran setiap musim hujan dan menyebabkan
banyak warga yang meninggal dan selain di kala tidak banjir, penyebab budaya
buang sampah itu menyebabkan wabah penyakit. Maka dari itu kita sebagai manusia
yang mempunyai pikira cerdas harus menyadari diri sendiri, memahami lingkungan
sekitar kita, bagaimana dampaknya bagi kehidupan ke depan. Barulah kita bisa
dikatakan manusia yang mempunyai pemikiran yang cerdas. Kalau kita sudah
merawat lingkungan dengan baik dan benar kita akan hidup nyamandan tentram,
maka kita hidup untuk menciptakan kehidupan yang tentram dan sejahtera. Dalam
agama hindu kita sebagai harius mengenal yang namanya tri hita karana yaitu hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan
manusia. Manusia dengan alam. Jika kita sudah memiliki kesadaran yang tinggi
untuk membuat alam kita menjadi baik, berarti kita sudah memahami arti dari tri
hita karana, karena dalam hal ini sangat penting dan idak boleh dilupakan oleh
masyarakat bali, karena alam bai itu sangat sakral yang harus dijaga dengan
baik. Supaya tidak terjadi efek yang fatal di dalam gumi bali. Mak dengan
kesadaran diri manusia, bisa mengilangkan budaya membuang sampah sembarangan
yang dapat merusak lingkungan. Karena budaya itu sangat susah dihilangkan
artinya jika kita sudah terbiasa melakukannya maka perilaku itu akan terus
menerus berkelanjutan dan tidak perna hilang, jika kebiasaan itu baik, bisa
saja terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan memberi contoh kkepada
orang lain, jika itu kebiasaan buruk maka kita perlu menyadari diri kita
sendiri untuk menghilangkan kebiasaan tersebut dari kita sendiri.
Cara mengurangi sampah
.
Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin meningkat jumlah nya di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan semakin bertumpuknya sampah di TPA-TPA, akan lebih berpeluang menimbulkan bencana seperti yang terjadi di salah satu TPA yang ada di Bandung beberapa tahun lalu. Bencana longsong yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah serta pemiliknya. Tak kurang dari 100 orang meninggal karena peristiwa ini. Dari kejadian tersebut kita harus berfikir keras bagaimana agar bencana serupa tidak terjadi di TPA-TPA yang lainnya.
Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan ber ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4) dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia. Sedangkan untuk gas karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan.
Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi kendala diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung keudara tanpa bisa dimanfaatkan.
Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasala juga dari pembakaran-pembakaran sampah plastik yang di lakukan oleh pemulung. Para pemulung ini membakar sampah plastik untuk lebih memudahkan dalam memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.
Menurut Sumaiku selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan pembakaran lebih baik dihindari.
Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dari pembakaran yaitu seperti yang diterangkan dalam web wahli. Ada empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani maslah sampah ini. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi: Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin meningkat jumlah nya di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan semakin bertumpuknya sampah di TPA-TPA, akan lebih berpeluang menimbulkan bencana seperti yang terjadi di salah satu TPA yang ada di Bandung beberapa tahun lalu. Bencana longsong yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah serta pemiliknya. Tak kurang dari 100 orang meninggal karena peristiwa ini. Dari kejadian tersebut kita harus berfikir keras bagaimana agar bencana serupa tidak terjadi di TPA-TPA yang lainnya.
Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan ber ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4) dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia. Sedangkan untuk gas karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan.
Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi kendala diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung keudara tanpa bisa dimanfaatkan.
Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasala juga dari pembakaran-pembakaran sampah plastik yang di lakukan oleh pemulung. Para pemulung ini membakar sampah plastik untuk lebih memudahkan dalam memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.
Menurut Sumaiku selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan pembakaran lebih baik dihindari.
Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dari pembakaran yaitu seperti yang diterangkan dalam web wahli. Ada empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani maslah sampah ini. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi: Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Sedangkan
menurut Syahputra pola yang dapat dipakai dalam penanggulangan
sampah meliputi Reduce, Reuse, dan Recycle, dan Composting (3RC)
yang merupakan dasar dari penanganan sampah secara terpadu. Reduce (mengurangi
sampah) atau disebut juga precycling merupakan langkah pertama
untuk mencegah penimbunan sampah.
Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih bisa digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti menghina.
Recycle (mendaur ulang) juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya (resource recovery), khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok.
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman. Di Jakarta, pembuatan kompos dilakukan dengan menggunakan sampah organik
Tentunya cari ini akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2 ) yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/ memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Jadi mari mulai sekarang kita bebenah diri untuk mengurangi hal-hal yang bisa membentuk sampah
Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih bisa digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti menghina.
Recycle (mendaur ulang) juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya (resource recovery), khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok.
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman. Di Jakarta, pembuatan kompos dilakukan dengan menggunakan sampah organik
Tentunya cari ini akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2 ) yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/ memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Jadi mari mulai sekarang kita bebenah diri untuk mengurangi hal-hal yang bisa membentuk sampah
Manfaat sampah
Dalam
hal ini, sampah juga tidak merugikan bagi orang yang kreatif, orang yang
kreatif akan melihat disekitarnya dan mempunyai ide cermerlang untuk
memanfaatkan sampah itu, sampah yang dapat dimaanfaatkan itu ada dua yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Dalam hal ini samapah dapt dimanfaatkan
sebagai kerajinan dan sebagai bahan tempat makanan, seperti contohnya plastik-plastik
yang berserakan dapat dipungut kembali dan diolah menjadi botol-botol dan hal
itu sangat berguna untuk kehidupan manusia, dalam hal ini sampah tidak merugikan juga tapi ada untungnya bagi orang
yang kreatif, tidak didaur ulang juga, tapi dijadikan sebuah kerajinan yang
sangat bagus dan menarik perhatian orang-orang dan membuat orang mengerti
maanfaatnya juga, bukan material yang tidak berguna. Maka sebagai manusia harus
mempunyai pemikiran yang kreatif. Selain manfaat sampah sebagai bahan kerajinan
sampah juga memiliki maanfaat sebagai energi yaitu sebagi biogas, yang juga
dapat mengurangi masalah sampah yang ada di perkoataan. Konversi energi sampah
untuk skala model kawasan (Estate Energi) dikembangkan untuk daerah antara lain
kawasan pemukiman, pertokoan, pasar, komersial dengan kapasitas 2 ton sampah /
hari. Pengolahan dilakukan secara integrasi yaitu pemanfaatan sampah untuk
dijadikan produk listrik / gas, daur ulang dan batako. Penggunaan teknologi
ramah lingkungan dengan cara proses yang cepat (one day processing) dapat
mengeliminir pencemaran lingkungan di kawasan tersebut. Konversi
energi sampah untuk skala model perkotaan merupakan proses akhir dari
operasional pengelolaan sampah yang berada di Tempa Pembuangan Akhir (TPA).
Program pengembangan energi di pembuangan sampah akhir terus digalakkan sejalan
dengan krisis Landfill yang melanda beberapa kota di Indonesia. Teknologi
Landfill Gas System Energy (LGSE), tumpukan sampah (open dumping) dapat
menghasilkan energi untuk pembangkit listrik.
Sampah
ternyata bukan hanya dapat diolah menjadi pupuk organik semata, tetapi
juga menjadi sumber energi alternatif. Konsep sampah menjadi tenaga listrik ini
sebenarnya timbul saat adanya polemik sekitar pemanfatan sampah menjadi sesuatu
yang bermanfaat. Sampah perkotaan yang organik yang dapat dikonversi menjadi
energi melalui sejumlah proses pengolahan. Dengan atau tanpa oksigen yang
bertemperatur tinggi, sampah-sampah diproses menghasilkan energi listrik, gas,
energi panas dan dingin. pemanfaatan biomass dari sampah sebagai sumber energi
listrik seperti ini telah diakui oleh pakar sebagai energi terbarukah yang
ramah lingkungan. Penerapan biomass dianggap telah sesuai dengan mekkanisme pembangunan bersih dan berkurangnya jumlah emisi.
Tekmologi yang dugunakan cukup sederhana, pisang-pisang dimasukan ke dalam peti penampungan yang tertutup rapat.Pisang-pisang itu dibiarkan hingga terdekomposisi sehingga menghasilkan gas metana.Dari gas inilah terbin digerakan untuk pembangkit listrik.Segi menarikmya dari teknologi ini , meski tergolong kecil namun berjalan lancar.Hebat lagi dari sampah pisang yang menggerakan turbin ternyata mampu mnyalurkan energy ke 500 rumah tangga.
Tekmologi yang dugunakan cukup sederhana, pisang-pisang dimasukan ke dalam peti penampungan yang tertutup rapat.Pisang-pisang itu dibiarkan hingga terdekomposisi sehingga menghasilkan gas metana.Dari gas inilah terbin digerakan untuk pembangkit listrik.Segi menarikmya dari teknologi ini , meski tergolong kecil namun berjalan lancar.Hebat lagi dari sampah pisang yang menggerakan turbin ternyata mampu mnyalurkan energy ke 500 rumah tangga.
Simpulan
sampah adalah material sisa yang dibuang karena
material tersebut dianggap tidak berharga sehingga tidak digunakan lagi.
Adapaun dampak yang ditimbulkan sampah, dampak terhadap kesehatan, pada
lingkungan, pada social dan ekonomi. Adapun dampak dari kesehatan yaitu
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air
minum. Kita sebagai manusia harus menghilangkan budaya pembuangan sampah
sembarangan, selain itu sebagai orang hindu mengenal adanya tri hita karana. Dengan mengenal itu,
kita dapat mengurangi sampah dengan cara Recycle,
Reduce, Recovery. Selain ada
kerugian dari sampah, juga ada manfaat sampah bagi manusia yaitu manusia yang
kreatif. Bila orang yang kreatif mengolah sampah pasti dijadikan kerajinan, ada
juga manfaat lain dari sampah yaitu dengan
memanfaatkan sampah menjadi bahan energy yaitu biogas dn sumber energy
listrik.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment