December 28, 2013

PELESTARIAN TARIAN GAMBUH SEBAGAI WARISAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN DAERAH DI BALI(Artikel Bali)



PELESTARIAN TARIAN GAMBUH SEBAGAI WARISAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN DAERAH DI BALI

Oleh
Kadek Puspayanti
Universitas Pendidikan Ganesha, Jln.Udayana No.11 Singaraja-Bali


ABSTRAK
            Dewasa ini kebudayaan Bali mulai tergerus oleh adanya arus globalisasi, bahkan kebudayaan yang menjadi ciri khas dari suatu daerah kini terancam pudar di kalangan masyarakat Bali. Di Bali kehidupan antara Agama Hindu dan budaya setempat bersinergi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.Agama Hindu menempati sebagai jiwa dan sumber nilai budaya Bali. Dinamika Agama Hindu dan kebudayaan Bali menjadikan munculnya berbagai nilai budaya dan kearifan lokal yang ditengarai mampu mengantisipasi dampak negatif globalisasi, terutama dalam moralitas, dan sumber daya manusia Bali. Agama Hindu memberikan pencerahan kepada masyarakat Bali dengan tetap melestarikan kepercayaan dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Seperti adanya suatu tarian yang mencirikan daerah tersebut dan sekaligus menjadi warisan budaya dari nenek moyang terhadap generasi penerusnya mulai menurun. Tarian Gambuh merupakan salah satu warisan kebudayaan yang saat ini masih aktif digelar di salah satu banjar yang berada di Desa Pedungan yakni Banjar Puseh. Tarian Gambuh ini ditarikan setiap piodadalan di Pura Puseh Pedungan yang bersebelahan dengan Banjar Puseh dengan diiringi gambelan gambuh. Gambelan gambuh menjadi salah satu kesenian langka dan sekaligus Sakral yakni gambuh Duwe. Disebut duwe. Karena lahirnya kesenian ini dipeercaya sebagai titah ( keinginan ) Ida Batara yang berstana di Pura Puseh Pedungan. Maka dari itu untuk tetap melestarikan tari Gambuh ini dibangun sekaa gambuh di desa Pedungan.
Kata-kata kunci : tarian Gambuh, pelestarian, gambelan gambuh,kesenian daerah

ABSTRACT
                Currently, the culture of Bali starting rushes by the drift of globalization, even culture that became the hallmark of an area now threatened to fade among the Balinese people. Life in Bali between Hinduism and the local culture and synergize is one inseparable unity.The Hindu religion occupies as a source of life and culture of Bali. The dynamics of the Hindu religion and Balinese culture makes the emergence of a wide range of cultural and local wisdom values identified are able to anticipate the negative impact of globalization, particularly in morality, and human resources. The Hindu religion gives enlightenment to the people of Bali with keep perpetuating the belief and traditions that have been there before. Such as the presence of a dance that characterize the area and at the same time be the cultural heritage of the ancestors of the successor generation began to decline. The Gambuh dance is one of the cultural heritage which is currently still active held at one of the local in the village of Pedungan Banjar Puseh. The Gambuh dance this is performed every piodalan in Pura Puseh Pedungan adjacent to the Banjar with adrenalized Puseh gambelan Gambuh. Gambelan Gambelan became one of the rare art and at once Sacral movements: Since the inception of this dipeercaya art as an edict (desire) that resides in the Ida Batara Pura Puseh Pedungan. Therefore to keep preserving the Gambuh dance was built in the village of Pedungan sekaa Gambuh.
LATAR BELAKANG
            Masyarakat terbentuk melalui sejarah yang panjang, perjalanan berliku, tapak demi tapak, trial and error. Pada titik-titik tertentu terdapat peninggalan-peninggalan yang eksis atau terekam sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya. Warisan budaya, menurut Davidson (1991:2) diartikan sebagai ‘produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa’. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu. Berbagai kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang sangat menentukan eksistensi Agama Hindu dan budaya Bali. Kebudayaan Bali memiliki identitas yang jelas yaitu budaya ekspresif yang termanifestasi secara konfiguratif yang mencakup nilai-nilai dasar yang dominan seperti nilai religus, nilai estetika, nilai solidaritas,nilai harmoni, dan nilai keseimbangan (Geriya dalam Ardika,2005:19). Kelima dasar tersebut mampu bertahan dan  berlanjut menghadapi berbagai tantangan. (Ardika 2005:19). Kesenian daerah yang sekaligus menjadi warisan budaya semakin tergerus oleh adanya laju globalisasi seperti tarian gambuh beserta gamelannya perlu dilestarikan sebagai warisan dari leluhur. Satu di antara dramatari klasik Bali yang dianggap bermutu tinggi oleh para budayawan asing adalah Gambuh. Kesenian ini merupakan warisan budaya yang paling indah dari semua teater Bali. Gambuh adalah tarian luar biasa, terkadang lucu dan keras, terkadang kasar dan sengit, terkadang dilakonkan oleh penari lanjut usia dengan keanggunan yang menghanyutkan, namun terkendali. Namun Gambuh ini pernah mengalami pasang surut karena pakar kesenian gambuh ini masa-masa kejayaan I Gede Geruh (almarhum) sebagai penari yang handal, dan I Made Lemping (almarhum) dibidang musik Gambuh, sudah sangat sulit diraih pada masa sekarang. Di samping proses regenerasi yang kurang mengembirakan, penari maupun penabuh yang ada sekarang hanya pada batas kemampuan sekedar “bisa” membawakan tabuh maupun tari. Tidak seperti I Gede Geruh maupun I Made Lemping yang “mumpuni” dibidang tari maupun tabuh. Secara fungsional, Gambuh Pedungan lebih mempunyai fungsi sebagai pelengkap upacara (piodalan) di pura. Tempat pementasan adalah pura Puseh Pedungan.
            Gamelan gambuh merupakan kesenian klasik yang bisa dikatakan langka bahkan hampir punah. Sekaa gambuh yang masih aktif saat ini yakni sekaa gambuh dari banjar Puseh yang diketuai oleh I Wayan Sukana yang sekaligus merupakan pengemong Pura Puseh itu sendiri. Beliau juga bagian dari sanak saudara dari penulis. Beliau juga gemar medharma githa dan sekaligus pelatih sekaa gambuh Banjar Puseh Pedungan. Gelungan gambuh sangat amat disakralkan dan dapat hanya dapat dipentaskan pada saat piodalan.

PEMBAHASAN
1. SEJARAH TARIAN GAMBUH DAN GAMBELAN GAMBUH SEBAGAI KESENIAN DAERAH BALI
            Gambuh adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu, tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan dalam Gambuh adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya/Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar, dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog umumnya menggunakan bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya, atau kasar.
            I Gede Geruh, seorang tokoh dan penari Gambuh yang saat ini telah berusia 76 tahun mengungkapkan bahwa, Gambuh yang beliau warisi hingga dewasa ini adalah juga warisan dari kakek-kakeknya yang hidup sekitar tahun 1836 atau boleh dikatakan jauh sebelum perang Puputan Badung. Kakeknya adalah termasuk salah satu tokoh seni di Desa Pedungan, yang kemudian menjadi penari Gambuh Duwe Puri Pemecutan. Selain menjadi penari milik puri, lalu di Desanya sendiri kakeknya telah berhasil merintis sekaa Gambuh bersama kawan-kawannya yang berasal dari beberapa Banjar di Desa Pedungan dan dari luar Desa Pedungan. Pada masa berurutan, di Desa Sesetan pernah pula dibentuk sebuah sekaa Gambuh yang berasal dari penari-penari Gambuh Duwe Puri Denpasar.
            Dekatnya jarak antara Desa Pedungan dengan Desa Sesetan adalah menyebabkan baiknya komunikasi atau hubungan antara kadus sekaa Gambuh ini, sehingga sering terjadi pinjam meminjam alat-alat Gambelan atau perlengkapan lainnya. Setelah meletusnya perang habis-habisan melawan Belanda (Puputan Badung), para penari-penari Gambuh dari Pedungan menghimpun dan menyempurnakan kembali sekaa Gambuhnya, dan akhirnya terbentuklah sekaa Gambuh seperti yang di warisi hingga dewasa ini. Dalam perjalanan hidup sekaa Gambuh di Pedungan ini, banyak pasang surut yang telah dilaluinya. Pada tahun 1930 an Gambuh ini pernah mengalami masa yang sangat gemerlang, dan seringkali mengadakan pementasan ke luar Daerah Kabupaten Badung, antara lain ke Karangasem, Singaraja, beberapa orang yang pernah menjadi pelatih Gambuh di Desa Pedungan ini yakni:
1.      I Wayan Nyongolan (almarhum) dari Banjar Puseh Pedungan.
2.      Gusti Gede Candu (almarhum) dari Banjar Geladag Pedungan.
3.      I Wayan Dunia (almarhum) dari Banjar Gelogor Denpasar.
Pada dewasa ini yang bertindak sebagai pelatih Gambuh di Desa Pedungan adalah I Gede Geruh sendiri menangani dalam bidang tari, dan I Nyoman Lemping sebagai pelatih tabuhnya.
            Perkembangan suatu seni pertunjukan tidak bisa dilepaskan dengan masyarakatnya sendiri, sebab masyarakat merupakan pendukung utama dan tempat hidupnya seni pertunjukan itu. Agar seni pertunjukan itu dapat berkembang baik, harus ada kerja sama yang baik dari semua pihak dalam hal ini; (1) Pengayon dari Pemerintah; (2) Penggarapan dari kaum seniman itu sendiri; (3) Apresiasi dari masyarakat penghayatnya. Akan halnya perkembangan Gambuh di Desa Pedungan merupakan dramatari klasik Bali, nampak mengalami perkembangan yang secara perlahan menurun sejak tahun 1950 hingga menjelang tahun 1960 an. Berdirinya Lembaga Pendidikan Seni Tari di Bali (ASTI) pada tahun1966 nampaknya merupakan upaya Pemerintah untuk melestarikan Gambuh ini, dengan menjadikan kesenian ini sebagai bahan pelajaran. Diangkatnya beberapa tokoh Gambuh di Pedungan yakni I Gede Geruh, I Nyoman Lemping Cs sebagai tenaga Dosen luar biasa dalam mata kuliah praktek tari dan karawaritan Gambuh, nampaknya sempat pula menjadikan suatu rangsangan untuk bangkitnya sekaa Gambuh di Desa Pedungan ini. Lebih lebih dengan berhasilnya pementasan Gambuh oleh Mahasiswa ASTI Denpasar yang diperkuat oleh sekaa Gambuh dari Pedungan, di Jaba Puri Satriya pada tahun 1967 merupakan suatu tantangan bagi sekaa- sekaa Gambuh di Bali umumnya dan di Desa Pedungan khususnya. Dalam kurun waktu yang tidak panjang, maka Gambuh di Pedungan akhirny pernah bangkit dai tahun 1968 hingga tahun 1970. Sejak tahun 1970 ini hingga sekarang, Gambuh di Desa Pedungan keadaannya sangat memprihatinkan. Sekaa Gambuh yang pada mulanya memiliki struktur pertunjukkan yang lengkap ternyata pada dewasa ini tidak banyak memiliki kader-kader penari, dan instrument pengiringnya telah semakin banyak rusak “aci” atau upacara di Pura Puseh, Gambuh ini hanya dapat dipentaskan dengan penari seadanya dan gambelan yang tidak lengkap. 
            Saat ini kini gambuh semakin dilestarikan oleh warga desa Pedungan. Gamelan gambuh Gambuh di Desa Pedungan terhimpun dalam sebuah wadah Organsasi social yang disebut “sekaa” yang mempunyai jumlah anggota yang tidak kurang dari 200 orang. Sekaa ini diayomi oleh dua banjar yakni banjar Puseh dan banjar Menesa Pedungan, terdiri dari golongan masyarakat berkasta Kesatriya dan golongan masyarakat biasa (jaba). Organisasi ini diurus oleh suatu badan pengurus yang disebut “Kelian” dengan dibantu oleh beberapa orang pembantu yang disebut “Prajuru” yang masing-masing bertanggung  jawab atas pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Anggota sekaa mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab secara moril maupun material terhadap kehidupan Gambuh ini.
Kegiatan rutinitas sekaa gambuh di desa Pedungan ini Serangkaian dengan hari raya Tumpek Wayang, dimana Pura Puseh Desa Pedungan secara rutin melaksanakan Upacara khusus untuk kesenian Gambuh pada hari Saniscara Kajeng Kliwon Wuku Wayang. Besok harinya, Minggu seperti biasanya setiap tahun sekali Sesuhunan Ratu Ayu beserta sekeha Gambuh pedek tangkil ke Pura Dalem Kauh banjar Pejeng Aji di Desa Tegalalag – Gianyar.
Ada beberapa kesenian atau sekeha yang terlibat dalam kegiatan di Pura Dalem Kauh Pejeng Aji, seperti:
  1. Geguntangan dengan sekeha Arja Negaknya
  2. Gamelan Selonding milik Desa yang merupakan hadiah dari pihak Puri Peliatan
  3. Sekeha Gong Desa yang ngaturang ayah setiap Rerahinan seperti saat ini Saniscara 7 Februari 2010
  4. Sekeha Tari Gambuh Desa Pedungan
Ada yang menarik pada setiap kali mengikuti acara seperti ini, senantiasa ada turis manca negara yang ikut serta dalam upacara ini sekalipun hanya sebagai penonton yang mengamati bagaimana orang Bali melakukan upacara keagamaannya, sekalian juga menikmati kesenian Bali secara gratis. Namun untuk upacara kali ini ada yang khusus, karena saat tampilnya Tarian Gambuh, ada seorang penabuh asing (Jepang) yang aktif dalam meniup seruling Gambuh yang demikian panjangnya. Agak aneh memang, belum pernah wanita Bali yang meniup seruling Gambuh. Iseng menanyakan gadis si peniup seruling Gambuh itu, namanya Masako yang menekuni Gambuh khusus seruling sejak 2 (dua) tahun yang lalu.

2. SANGGAR TARI SEBAGAI WADAH PELESTARIAN TARIAN GAMBUH
            Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal.  Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.
            Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya akan budaya. Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara untuk melestarikan budaya trsdisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan, melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi kelestarian buadaya tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.
            Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.
          Sanggar Tari merupakan sarana, wadah, ananda untuk ber-kreatifitas & mengenal tari-tarian adat, dari berbagai daerah, yang di komplikasi-kan serta di modifikasi untuk lebih menguasai & mengenal lebih dekat tarian traditional. Salah satu cara untuk meninggkatkan minat generasi muda untuk terus melestarikan tarian yang dimana merupakan warisan budaya yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan adalah dengan mengikuti sanggaar tari ini. Seperti yang ada di desa pedungan itu, dengan didirikannya sekaa gambuh, maka semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa bisa melatih diri untuk belajar menarikan tari gambuh. Dahulnya tari gambuh di Desa Pedungan itu hanya ditarikan oleh kaum dewasa saja bahkan generasi muda pun tak sedikit meliriknya. Namun sejak didirikannya sanggar tari ini, generasi muda yang ingin mengembangkan bakat menarinya bisa bergabung untuk mempelajari tarian ini. Tidak hanya tarian, gambelan gambuh pun diajarkan pada sanggar tari itu. Sanggar tari ini selain sebagai wadah untuk mewarisisi tarian hasil warisan budaya dan kesenian daerah, juga pernah dipakai dalam ajang pariwisata, seperti saat pementasan tari gambuh inidilaksanakan di Pura Tegalalang Gianyar, banyak wisatawan domestic serta wisatawan asing menyaksikan tarian yang klasik ini yang dipadukan dengan bahasa-bahasa sansekerta serta gambelan gambuh yang unik.
            Selain itu Gambuh sudah selayaknya dilestarikan, apalagi berfungsi sebagai sarana upacara. ASTI (kini ISI) Denpasar sejak didirikan tahun 1967 telah berperan sebagai juru selamat dengan mengajarkan Gambuh pada mahasiswa. Gambuh yang diajarkan adalah style Pedungan dan Batuan, yang keduanya memiliki kekhasan. Untuk melestarikan warisan budaya yang adiluhung ini, ISI telah memelopori menggunakan gamelan Semar Pagulingan pelog saih pitu untuk mengiringi Gambuh. Bagi tabuh iringan karakter keras, akan memberikan nuansa lebih semarak. Di samping itu, mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya, juga terinspirasi oleh agem-agem pokok Pagambuhan, namun kemudian digubah agar memperoleh inovasi baru berwujud garapan tari kreasi. Dengan demikian dibangunnya sanggar tari ini, kesenian daerah yang merupakan warisan budaya dari leluhur akan terus berkembang walalupun saat ini era globalisasi kini semakin pesat.
 SIMPULAN
            Gambuh adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu, tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan dalam Gambuh adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya/Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar, dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog umumnya menggunakan bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya, atau kasar. Gambuh di Desa Pedungan, adalah berbentuk sebuah organisasi “sekaa” yang anggotanya tidak kurang dari 200 orang, diayoni oleh 2 (dua) Banjar yakni Banjar Puseh dan Bajar Menasa Pedungan. Dalam perkembangannya dewasa in, sejak tahun 1950 ini Gambuh ini secara perlahan nampak menurun dan keadaannya sangat memprihatinkan dialami pada tahun 1970 hal mana disebabkan karena kurangnya perhatian masyarakat setempat terhadap kesenian ini, dan tidak tersedianya biaya dari sekaa maupun banjar untuk memelihara perlengkapan Gambuh ini.
 DAFTAR RUJUKAN
Darma Putra,I Nyoman.2006.Bali Bangkit Kembali:Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia: Universitas Udayana.
Bali Post.Gambuh sebagai Inspirator Seni Pertunjukan”,  Minggu Paing, 24 Februari 2008.
(diunduh tanggal 15 Desember 2013)
(diunduh tanggal 15 Desember 2013)








No comments:

Post a Comment

Cara Membuat Effect Hollogram dengan Photoshop

Om Swastiastu Kawand-kawand Youtuber... Oke kawand-kawand pada hari ini saya akan memberikan tutorial efek photoshop kali ini, mimin ...