BUDAYA OMED-OMEDAN SEBAGAI
TRADISI BUDAYA BUKAN SEBAGAI
TRADISI PORNOGRAFI
Oleh
Dewa
Gede Eka Kencana Putra
Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja
ABSTRAK
Pulau Bali dikenal dengan pulau yang memiliki beragam
nilai-nilai seni budaya yang menjadikan Bali sebagai Pulau budaya. Nilai nilai adiluhung yang terkandung dengan
filosofi dan beragam kebudayaan yang menjadikan pulau bali tidak hanya memiliki
satu macam kebudayaan saja melainkan meragam. Selain melestarikan, masyarakat
haru berpegang teguh dari asal-usul kebudayaan tersebut agar tidak ada penyalah
fungsian dari kebudayaan tersebut sehingga dapat berdampak positif bagi
dikemudian hari.
Di Bali
kehidupan antara masyarakat dengan budaya setempat tampak bersinergi dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya.Masyarakat
menempati posisi sebagai jiwa dan sumber nilai budaya Bali.Dinamika masyarakat
Bali dan kebudayaan Bali harus tetap terjaga dan harus berjalan secara seimbang
dan selaras agar kebudayaan memiliki tameng dalam mengatasi setiap perubahan
yang terjadi di era globalisasi.
Bali sebagai
salah satu ikon kepariwisataan dunia memang telah menunjukkan dampak luar biasa
bukan saja bagi Bali, Indonesia, melainkan juga sangat dirasakan dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi di Bali.Ini disebabkan karena masyarakat Bali
tidak henti-hentinnya mengembangkan inovasi baru khususnya dari sector
pariwisata.Setiap inovasi yang muncul pastinya memiliki pandangan positif dan
negative yang dirasakan oleh masyakat khususnya masyarakat dunia. Dimana
masyarakat mulai mengkritik dari setiap perubahan yang terjadi baik itu
dikarenakan perhatian masyarakat akan perubahan yang akan berdampak positif
bagi perekonomian Bali atau ingin menjatuhkan kebudayaan tersebut yang berdampak
negative bagi system ekonomi Pulau Bali.
Kata – kata
kunci : Industri budaya,industri
kreatif,sejarah tradisi omed-omedan ,omed-omedan sebagai tradisi budaya bukan
tradisi pornografi
ABSTRACT
Bali is known as an island of art and cultural values that
make Bali as the island culture . Adiluhung values embodied by the philosophy
and diverse cultures that make the island of Bali is not only one kind of
culture alone but sing . In addition to preserving , people cling emotion of
the origins of the culture so that there is no abuse fungsian of culture so
that they can have a positive impact for the future. .
In Bali, the cultural life of the local community and look together and is an integral part of one another . Community position as a source of life and cultural values Bali . The dynamics of the Balinese people and culture of Bali must stay awake and have to walk in balance and harmony so that culture has a shield in addressing any changes that occurred in the era of globalization. .
Bali as one of the world's iconic tourism has indeed been demonstrated tremendous impact not only for Bali , Indonesia , but also felt the impact on economic growth in Bali . This is because the Balinese do not stop - hentinnya develop new innovations , especially from the tourism sector . Every innovation which certainly appears to have a positive outlook and a negative perceived by the world community , especially communities . Where people start criticizing of any changes that occur both because people's attention will be changes that will have a positive impact on the economy of Bali or want to drop the culture negatively affecting the economic system of the island of Bali.
In Bali, the cultural life of the local community and look together and is an integral part of one another . Community position as a source of life and cultural values Bali . The dynamics of the Balinese people and culture of Bali must stay awake and have to walk in balance and harmony so that culture has a shield in addressing any changes that occurred in the era of globalization. .
Bali as one of the world's iconic tourism has indeed been demonstrated tremendous impact not only for Bali , Indonesia , but also felt the impact on economic growth in Bali . This is because the Balinese do not stop - hentinnya develop new innovations , especially from the tourism sector . Every innovation which certainly appears to have a positive outlook and a negative perceived by the world community , especially communities . Where people start criticizing of any changes that occur both because people's attention will be changes that will have a positive impact on the economy of Bali or want to drop the culture negatively affecting the economic system of the island of Bali.
Words-keywords: Cultural industries, creativeindustries,
the history ofthe tradition-omedan
omed, omed-omedan
ascultural traditionsinstead oftraditionalpornography.
LATAR
BELAKANG
Pulau
Bali sejak dahulu dikenal dengan pulau yang memiliki berbagai macam nilai-nilai
seni-budaya dan tradisi yang unik yang bersumber dari sejarah yang berlangsung disetiap daerah
yang terdapat di Pulau Bali. Di luar itu, masyarakat Bali memiliki sejumlah
inovasi baru terhadap perubahan nilai-nilai budaya lokal yang khas, yang
membuat masyarakat Bali berhasil mengembangkan industri pariwisata dan ekonomi
kreatif berbasis budaya yang berdampak pada pendapat daerahnya.Mereka memiliki
etos kreatif tertentu yang menyebabkannya bisa maju, berkembang, dan unggul di
tengah maraknya persaingan global.Dimana diera globalisasi tradisi juga dapat
diperbaharui dengan mengadopsi budaya-budaya barat yang memiliki dampak positif
bagi perkembangan kebudayaan dan secara tidak langsung berpengaruh pada sector
perekonomian.
Omed-omedan salah satu merupakan kebudayaan yang telah diperbaharui
dan telah dilakoni oleh masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan sebagai cara
untuk ikut melestarikan budaya Bali. Tradisi ini telah berlangsung secara
tradisional dan tidak diketahui kapan mulainya.Sebelum tahun 1980 kegiatan ini
dilakukan secara spontanitas , tanpa pedoman yang jelas, hanya melanjutkan
tradisi generasi tua, organisasi pelaksana dan penanggungjawabnya juga kurang
pasti. Biaya untuk kegiatan ini hanya bersumber dari sumbangan suka rela dari
warga banjar tetapi sejak tahun 1980 sejak PHDI (Parisadha Hindu Dharma
Indonesia) mengatur, menata dan membina umat secara lebih profesional kegiatan
tradisi Omed-omedan ini juga ditata dan dilaksanakan secara terorganisasi.
Sebelum
tahun 1980 pelaksanaan kegiatan Omed-omedan atau Med-medan dilakukan pada Hari
Nyepi di sore hari tetapi sejak tahun 1980 kegiatan ini dilaksanakan pada hari
ngembak geni pada sore hari. Kegiatan med-medan ini sebagaimana biasanya
didahului dengan pengarahan para prajuru adat atau dinas serta dilanjutkan
dengan melakukan persembahyangan bersama semua warga. Tradisi ini telah
berlangsung rutin setiap tahun dalam rangka menapaki Tahun Baru Saka.Kegiatan
ini dimulai pukul 15.00.Ada satu hal yang penting dan perlu diperhatikan
masyarakat Banjar Kaja, Sesetan amat menolak tudingan image atau kesan-kesan
yang seolah-olah menuduh tradisi ciuman didepan masyarakat umum.Tradisi ini
hanya luapan kebahagiaan para muda-mudi pada saat mereka melaksanakan med-medan
di hari Ngembak Geni yang merupakan ajang masima karma.Med-Medan adalah suatu
mitologi yang diterima sebagai warisan masyarakat Banjar Kaja Sesetan secara
turun-temurun dari generasi tua sampai sekarang.
Omed-omedan
juga merupakan cultural Industri ( Industri Budaya )
sangat terkait pada pariwisata, terutama jika kebudayaan merupakan modal utama
pembangunan pariwisata pada suatu destinasi. Kecepatan perkembangan industri
budaya ini akan sejalan dengan laju perkembangan pariwisata,yang saat ini sudah
menjadi salah satu industri terbesar, yang sekaligus merupakan motor dalam
penciptaan kesempatan kerja. Meskipun mengalami berbagai guncangan, yang
menyebabkan terjadinya stagnasi pada tahun-tahun tertentu, secara keseluruhan
pariwisata umumnya mengalami peningkatan secara berlanjut.
Pariwisata
adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat,
sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat.Terlebih lagi
jika yang dikembangkan adalah pariwisata budaya.Pariwisata budaya pada
hakikatnya merupakan salah satu bentuk industri budaya.Namun banyak sekarang ini yang
beranggapan budaya med-medan atau yang sering sekarang lebih dikenal dengan
nama omed-omedan sebagai tradisi pornografi dan melanggar undang-undang.
Bukannya dari tamu mancanegara melainkan orang-orang Indonesia yang sebagian
besar sangat tidak setuju untuk tradisi omed-omedan ini. Tradisi ini bukan saja
akan menguntungkan daerah bali tapi akan mengangkat martabat Indonesia sebagai
Negara yang memiliki budaya yang beragam dan juga menjadikan Indonesia Negara
yang memiliki kelebihan khususnya dibidang pariwisata.
Untuk itu, dengan memperkenalkan tradisi omed-omedan atau med-medan, terutama kepada masyarakat lokal baik itu
masyarakat Bali ataupun Indonesia, memberikan informasi tentang tradisi omed-omedan kepada
pembaca, untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang tradisi omed-omedan agar tidak
terjadi kesalah pahaman dan penafsiran akan tradisi ini.Dengan
dikembangkannya tradisi omed-omedan ini bahkan ke seluruh nusantara agar
nantinya tradisi omed-omedan tidak hanya bisa dilakukan di Bali saja melainkan
di seluruh nusantara agar tradisi ini tidak punah di makan zaman dan tidak
diakui oleh Negara lain
4
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Omed-omedan
2.1.1
Pengetian omed-omedan
Tradisi
Med-Medan ini yang sudah ada selama puluhan tahun yang lalu, dan masih terus
dilaksanakan dan dilestarikan sampai saat ini.Tempat perayaan upacara ini
berlangsung didesa Sesetan yang terletak di Banjar kala 3 km dari Ibukota Denpasar Bali.
Med-Medan mengandung pengertian dalam bahasa Bali nya berasal dari kata
omed-omedan yang artinya tarik tarikan, asal mula upacara cara Med Medan ini
tidak diketahui dengan pasti kapan diadakannya hanya kebiasaan,namun sudah
menjadi tradisi secara turun temurun juga merupakan salah satu warisan budaya
yang tak ternilai harganya. Menurut cerita pada waktu itu Med Medan berlangsung
pada saat Hari Raya Nyepi, di karena seorang tokoh puri (Ida Bhatara Kompiang),
sakit keras maka dihimbau seluruh penduduk desa Sesatan untuk tidak ribut rebut
di depan Puri, pada saat hari Nyepi tiba karena sedih dan kecewa akibat
larangan tersebut, ada beberapa warga yang melanggar dan tetap mengadakan Med
Medan karena sudah menjadi warisan dari nenek moyang mereka, mendengar larangan
di langgar toko Pura yang sakit tersebut marah dan minta diantar depan Puri,
pada saat tokoh Pura diantar keluar Puri, sakit yang semula parah dirasakan nya
beransur ansur berkurang dan pas tokoh Puri tersebut tepat berada di tempat
keramaian yang diadakan oleh warga, sakit nya hilang sama sekali dan badannya
merasa sehat seperti sediakala. Sejak itu tradisi Med Medan kembali di teruskan
dan dilaksanakan seperti semula. Di tahun 1980-an karena adanya pengaturan,
penataan dan pembinaan terhadap Umat Hindu secara professional oleh Parisada
Hindu Dharma pusat, Hari Nyepi dilaksanakan selama 24 jam (dari pagi sampai
besok paginya lagi), baru besoknya hari ngembak geni dirayakan sesuai dengan
isi Aspek Aspek Agama Hindu I-XV (Proyek pengadaan Prasarana dan Sarana
kehidupan Beragama, 1991/1992 : 10-12). Jadi hari ngembak geni sejak tahun
1980-an diperingati sebagai Hari Raya dengan acara utama Masima Karma atau
Dharma Santi, lalu dilanjutkan dengan melaksanakan tradisi Met Metan. Pada
Tahun 1984 terjadi lagi larangan diadakannya Met Metan diadakan, dikarenakan
ada omongan miring yan tidak mengenakan tentang muda mudi yang berciuman saat
upacara dilaksanakan. Walaupun sudah ada pengumuman tersebut masyarakat tetap
datang ingin menyaksikan upacara Met Metan tersebut, saat itu entah dari mana
datangnya terlihat dua ekor babi berkelahi sampai berdarah. Salah seorang warga
melaporkan ke tokoh Pura (I Gusti Ngurah Oka Putra), saat tiba disana kedua
babi yang berkelahi tersebut berhenti dan pergi, setelah itu dilakukan
musyawarah dan juga petunjuk orang yang kesurupan di Pura bale Banjar
diputuskan Met Metan tetap akan diadakan. Sebelum acara berlangsung, dilakukan
sembayang bersama dengan para peserta yang ikut dalam perayaan Med Medan.
Upacara ini dipimpin oleh Jero Pemangku Pura, lalu mengadakan pemujaan dan
menghantarkan persembahan sesuai dengan tradisi yang berlaku, setelah itu
memercikan tirtha amerta (symbol anugerah Hyang Widhi) dan memberikan beberapa
butir beras yang sudah di basahi dengan air pura, ditempelkan antara 2 alis dan
diatas dada. Peserta Med Medan ini terdiri 2 kelompok pria 40 orang dan wanita
60 orang (umur 16 s/d 21 tahun) dengan terlebih dahulu didata, sisa peserta
akan di cadangakan untuk tahap berikutnya. Ketua kelompak ditempat kan di posisi
depan lalu anggota yang ada dibelakang memegang pinggang temannya yang didepan.
Cara pelaksaan Med Medan ini tarik tarikan menggunakan tangan kosong antara
pria dan wanita dan diserami air, bila disirami air itu bertanda sudah selesai.
Acara ini diselenggarakan hingga jam 17:00 waktu setempat. Penutupan acara
masima karma dan Med Medan ini dilakukan oleh kelian banjar dengan tidak lupa
mengucapkan terimakasih atas partisipasi yang sudah mensukseskan tradisi Med
Medan. (I Made Munggah) Dari cerita diatas dapat simpulkan,sebagai manusia kita
wajib menjunjung tinggi nilai nilai tradisi dan budaya yang sudah diwariskan
agar tidak hilang ditelan masa dan peradaban. Bagi anda yang ingin menyaksikan
upacara yang menarik ini, sebaiknya anda datang ke Bali, karena ada hal hal
yang lebih unik saat anda menyaksikan langsung, yang tidak disebutkan dalam
artikel ini.
2.1.2
Peserta dan Tata cara dilakukkannya omed-omedan.
Omed-omedan
diikuti oleh puluhan anggota Sekaha Teruna-teruni (perkumpulan pemuda pemudi)
Satya Dharma Kerthi Banjar Kaja Sesetan.Acara diawali dengan persembahyangan
bersama, dan dilanjutkan pementasan tarian barong bangkal (barong berkepala
babi) sampai penarinya kesurupan–tanda bahwa acara ini mendapat izin dari Ida
Bathara yang berstana (bersemayam) di Pura Banjar.
Sekaha
Teruna-teruni dibagi dalam dua kelompok. Sekaha Teruna (laki-laki) berdiri di
satu sisi, dan anggota Sekaha Teruni (perempuan) berada di sisi lain. Setiap
kelompok terdiri dari sekitar 30 remaja.Keduanya terpisah jarak sekitar 100 meter.
Dalam
acara Omed-omedan ini Adapun Sejumlah petugas adat yang ditunjuk untuk mengatur
acara meniup sempritan.Setelah Aba-aba diberikan, segera kemudian kedua
kelompok saling berlari ke arah lawannya.Masing-masing mendorong seorang remaja
yang diberi kesempatan pertama untuk saling berciuman, untuk kemudian ditarik
secepat mungkin.
2.1.3
Awal Tradisi med-medan
Awalnya
Raja Puri Oka marah besar melihat rakyatnya menggelar omed omedan (saling
cium).Tak dinyana Raja yang sakit justru sembuh setelah melihat upacara
tersebut.Kini tradisi itu dijadikan ajang mencari jodoh.
Kepala
Adat Banjar, Wayan Sunarya menceritakan, tradisi omed omedan itu merupakan
tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya
ritual ciuman massal itu dilakukan di Puri Oka.
Puri
Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda.Ceritanya,
pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras.Sang raja sudah
mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh.
Pada
Hari Raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed-omedan. Saking
antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda mudi.Raja
yang saat itu sedang sakit pun marah besar.
Dengan
berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang
rangkul-rangkulan.Anehnya melihat adegan yang panas itu, tiba-tiba raja tak
lagi merasakan sakitnya.
Ajaibnya
setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala.Raja lalu mengeluarkan titah
agar omed-omedan harus dilaksanakan tiap hari raya nyepi.Namun pemerintah
Belanda yang waktu itu menjajah gerah dengan upacara itu.Belanda pun melarang
ritual permainan muda mudi tersebut.Warga yang taat adat tidak menghiraukan
larangan Belanda dan tetap menggelar omed-omedan.Namun tiba-tiba ada 2 ekor
babi besar berkelahi di tempat omed omedan biasa digelar.“Akhirnya raja dan
rakyat meminta petunjuk kepada leluhur.Setelah itu omed-omedan dilaksanakan
kembali tapi sehari setelah Hari Raya Nyepi,” kata Wayan Sunarya.
2.2Makna
Omed-omedan
Tradisi
omed-omedan mendapat kritikan dari masyakat dunia khususnya masyarakat
Indonesia karena budaya omed-omedan
bukan merupak suatu tradisi budaya melankan tradisi pornografi. Dikatakan
demikian, karena dalan tradisi ini seorang perempuan dan laki-laki yag tidak
saling mengikat hubungan atau dengan kata lain tidak berikatan melakukan ciuman
yang sepantasnya tidak boleh dilakukan karena tidak adanya ikatan ataupun
status yang mengikat mereka untuk melakukan tradisi tersebut. Awal dari tradisi
omed-omedan ini dilakukan oleh pasangan yang sudah berikatan ataupun memiliki
status dan yang dilakukan pada kegiatan
hanya memeluk ataupun menarik lawan jenisnya. Tetapi di era globalisasi ini,
tradisi ini mengalami perubahan dimana tradisi omed-omedan boleh dilakukan
ataupun diikuti oleh siapapun tidak memandang status yang menjadikan peserta
yang berstatus lajang diperbolehkan mengikuti kegiatan tersebut.Sehingga tidak
sedikit masyarakat khususnya orang yang tidak berasal dari Bali memandang
budaya omed-omedan merupakan suatu tradisi yang bersifat pornografi.Mereka
memandang budaya tersebut merusak citra Indonesia dan melanggar undang – undang
pronografi.Tetapi semua kritikan salah satu warga, acara itu tak memiliki makna
khusus. “Memang awalnya hanya untuk keakraban dan bersenang-senang,” ia
menjelaskan. Namun, tak urung, karena berbagai cerita turun-temurun yang
mengiringinya, suasana sakral menjadi sangat kuat. Salah satunya adalah kisah
tentang kesembuhan seorang raja dari Puri Oka, bernama A.A Made Raka, setelah
ia menyaksikan omed-omedan. Padahal, sebelumnya ia datang ke lokasi acara
dengan maksud hendak melarangnya, sebab dianggap sebagai biang keributan.
Tidak
ada persyaratan tertentu untuk menjadi peserta acara itu.Siapa pun boleh ikut,
asal merupakan anggota Sekaha Teruna-teruni di Banjar Kaja. Kekecualiannya cuma
satu: remaja putri yang sedang datang bulan tak boleh ikut serta, untuk menjaga
kesucian acara.
Bagi
para peserta, tradisi ini tampaknya seperti menjadi ajang
bersenang-senang.“Setelah seharian dalam suasana sepi, kita jadi lebih
bersemangat,” kata Novita Sari, 17 tahun, yang mengaku tak malu berciuman di
tengah orang ramai.Menurut dia, acara yang sudah dua kali diikutinya itu
membuat tali persahabatan di antara para remaja di banjar menjadi semakin erat.
Lebih
lagi, masih kata pelajar kelas 2 SMU ini, omed-omedan juga merupakan ajang yang
tepat untuk mencari jodoh. Diam-diam ternyata mereka bisa meminta agar lawan
yang akan dicium adalah “si dia” yang lagi dilirik. Jadi, baru kalau pesanan
itu terpenuhi, adegan ciuman akan benar-benar berlangsung. Bila tidak, biasanya
salah satu akan berusaha menghindar, meski terus dipaksa oleh kelompoknya.
SIMPULAN
Dari uraian yang saya tuliskan dalam artikel
ini bahwa tradisi merupakansesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara,
kebudayaan,
waktu,
atau agama
yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi
yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali)
lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Suatu tradisi akan terlihat menarik
apabila dalam tradisi dilakukannya inovasi-inovasi baru yang dapat membuat
suatu tradisi unik, menarik dan disenangi masyarakat baik itu masyarakat lokal
ataupun mancanegara.Kita sebagai masyarakat
Bali yang memiliki rasa cinta
terhadap kebudayaan Bali harus mengetahui sejarah dari
setiap tradisi kebudayaan
Bali
dan melestarikannya agar budaya
tetap lestari agar bisa kita pertahankan tradisi kebudayaan yang telah kita
miliki sejak dahulu
Tradisi
omed-omedan merupakan suatu tradisi tarik tarikan yang asal mula pada upacara
Med Medan ini tidak diketahui dengan pasti kapan diadakannya hanya
kebiasaan,namun sudah menjadi tradisi secara turun temurun juga merupakan salah
satu warisan budaya yang tak ternilai harganya.. Hal ini merupakan modal budaya
yang diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat khususnya masyarakat
mancanegara untuk berkunjung sehingga berdampak positif bagi sector
perekonomian Pulau Bali.Kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki oleh kaum
muda Bali ini diharapkan mampu terus mengembangkan tradisi ini agar nantinya
tidak punah dan tidak dianggap sebagai tradisi pornografi yang harus
dimusnakan.
SARAN
Saran saya kepada para remaja khususnya remaja di
daerah Sesetan agar tidak melupakan ataupun meninggalkan tradisi omed-omedan
karena tradisi ini merupakan kebudayaan yang tak ternilai harganya yang tidak
dapat dibeli dengan harga apapun. Jadi, tetaplah jaga budaya kalian walaupun itu
susah dizaman yang modern ini karena kebudayaan kalian tersebut merupakan jati
diri dari kalian dan Pulau Bali.
DAFTAR RUJUKAN
I Putu Sukmana
Ghitha. 2012. (http://travel.detik.com/read/2012/03/24/161500/1876962/1025/2/omed-omedan-cium-peluk-siram-dan-tarik, Desember 2013)
Anonim.Omed-omedan
Sebuah Tradisi Unik Saat Ngembak Geni. (http://pandejuliana.wordpress.com/2012/03/06/omed-omedan-sebuah-tradisi-unik-saat-ngembak-geni/, dikses Desember 2013)
Indra
Astagina.Tradisi Omed-omedan di Bali. (http://dechii-kumpulantugaskuliahqu.blogspot.com/2011/01/tradisi-omed-omedan-di-bali.html, diakses Desember 2013 )
No comments:
Post a Comment