KOROSI
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya (misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Peristiwa korosi kita kenal dengan istilah perkaratan. Korosi ini telah mengakibatkan kerugian bermilyar rupiah setiap tahunnya. Biasanya logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi.
Korosi terjadi melalui reaksi
redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi.
Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat
yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat)
dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu
mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk
lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat
menerangkan mengapa panic dari besi lebih cepat rusak jika dibiarkan, sedangkan
panci dari aluminium lebih awet.
Korosi secara keseluruhan merupakan
proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode,
di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e–
Elektron yang dibebaskan dalam
oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.
O2(g) + 2 H2O(l)
+ 4e– à 4 OH–(l)
Ion besi(II) yang terbentuk pada
anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa
oksida terhidrasi Fe2O3·xH2O yang disebut
karat.
1.
Faktor-faktor penyebab korosi besi
Penyebab utama korosi besi adalah
oksigen dan air.
2. Tehnik pencegahan
korosi besi
Korosi pada besi
menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunan yang
menggunakan besi menjadi tidak awet.
Korosi pada besi dapat
dicegah dengan membuat besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), namun
proses ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak sesuai dengan
kebanyakan pengunaan besi
Cara pencegahan korosi
pada besi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pengecatan
Fungsi pengecatan adalah
untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung timbal
dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan harus sempurna
karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah
cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi
dengan pengecatan.
b. Dibalut
plastik
Plastik mencegah besi
kontak dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastik
untuk menghindari korosi.
c. Pelapisan dengan krom (Cromium plating)
Krom memberi lapisan pelindung,
sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap. Cromium plating dilakukan
dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan perlindungan meskipun lapisan
krom tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan pada kendaraan
bermotor, misalnya bumper mobil.
d. Pelapisan dengan timah (Tin plating )
Timah termasuk logam yang tahan
karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah. Proses pelapisan
dilakukan secara elektrolisis atau elektroplating. Lapisan timah akan
melindungi besi selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka
timah justru mempercepat proses korosi karena potensial elektrode besi lebih
positif dari timah.
e. Pelapisan dengan seng (Galvanisasi)
Seng dapat melindungi besi meskipun
lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektrode besi lebih
negative daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel
elektrokimia dengan besi sebagai katode. Sehingga seng akan mengalami oksidasi,
sedangkan besi akan terlindungi.
f. Pengorbanan anode (Sacrificial
Anode)
Perbaikan pipa bawah tanah yang
terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal biayanya. Hal ini dapat
diatasi dengan teknik sacrificial anode, yaitu dengan cara menanamkan logam
magnesium kemudian dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah kawat. Logam
magnesium itu akan berkarat, sedangkan besi tidak karena magnesium merupakan
logam yang aktif (lebih mudah berkarat).
Dengan Kata Lain Korosi bisa dikatakan sebagai kerusakan atau
degradasi alogam akibat reaksi redoks dengan suatu logam dengan berbagai zq di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendakinya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah yang
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapt dikendalikan
atau lajunya diperlambat sehingga memperlambat proses perusakannya.
Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O.
Kondisi alam Indonesia yang beriklim
tropis, dengan tingkat humanitas dan dekat dengan laut adalah faktor yang dapat
mempercepat proses korosi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi
sering dijumpai pada bangunan atau peralatan yang menggunakan komponen logam
seperti seng, tembaga, baja dan sebagainya. Dampak dari peristiwa korosi
bersifat sangat merugikan. Contohnya adalah keroposnya jembatan, bodi mobil
atau berbagai konstruksi dan peralatan dari besi.
Pengendalian korosi secara teoritis
dilakukan sejak pemilihan bahan, proses perancangan, sampai struktur jadi dan
bahkan melalui perubahan/modifikasi lingkungannya. Akan tetapi masih terdapat
hal-hal yang diluar jangkauan per-rekayasaan atau pakar korosi yang kompeten.
Misalnya tidak ada orang yang dapat merubah pH air laut ataupun kondisi tanah
tempat pipa dibenamkan.
bahaya korosif:
Beberapa jenis korosi :
- Uniform
corrosion
Yaitu korosi yang terjadi pada
permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata
sehingga ketebalan logam berkurang akibat permukaan terkonversi oleh produk
karat yang biasanya terjadi pada peralatan terbuka.
- Pitting
corrosion
Yaitu korosi yang berbentuk
lubang-lubang pada permukaan logam karena hancurnya film proteksi logam yang
disebabkan oleh laju kecepatan korosi yang berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.
- Stress
corrosion cracking
Yaitu korosi berbentuk retak0retak
yang tidak mudah dilihat, terbentuk dipermukaan logam dan berusahaan merembet
ke dalam . ini banyak terjadi pada logam-logam yang banyak mendapat tekanan.
Hal ini disebabkan kombinasi dari tegangan tarik dan lingkungan yang korosif
sehingga struktur logam melemah.
2. Erossion corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena
dtercegah pembentukan film pelindung yang disebabkan oleh kecepatan alir fluida
yang tinggi, misalnya abrasi pasir.
3. Galvanic corrosion
Yaitu korosi yang terjadi karena
terdapat hubungan antara dua metal yang disambung dan terdapat perbedaan
potensial antara keduanya.
4. Crevice corrosion
yaitu korosi yang terjadi di sela
sela gasket sambung bertindih, sekrup-sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh
kotoran-kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat.
5. Selective corrosion
Yaitu korosi yang berhubungan dengan
melepasnya satu elemen dari campuran logam.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laju
Korosi
Umumnya problem korosi disebabkan
oleh air, tetapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi laju korosi
diantaranya :
- Faktor
Gas Terlarut
Oksigen (O2) adanya
oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi
pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen.
Kelarutan oksigen dalam ait merupakan fungsi dari tekanan, temperatur dan
kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan temperatur kamar, kelarutan oksigen
adalah 10 ppm dan kelarutannya akan berkurang dengan bertambahnya temperatur
dan konsentari garam.
Reaksi korosi secara umum pada besi
karena adanya kelarutan oksigen adalah sebagai berikut :
Reaksi
anoda : Fe(s) -> Fe2+(aq) + 2e
Reaksi
katoda : 02 (g) + 2H2O(aq) + 4e -> 4 OH
CO2
+ H2O -> H2CO3
Fe
+ H2CO3 -> FeCO3 + H2
FeCO3 merupakan corrosion
product yang dikenal sebagai sweet corrosion.
- Faktor
Temperatur
Penambahan temperatur umumnya
menambah laju korosi walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan
meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang tidak uniform, maka
akan besar kemungkinan terbentuk korosi.
2. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan
pH<7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH>7 bersifat basa juga
korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada Ph antara 7 sampai 13. Laju
korosi akan meningkat pada pH<7 dan pada PH>13.
3. Faktori Bakteri pereduksi atau Sulfat
Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan
mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan
besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
4. Faktor Padatan Terlarut
Klorida (Cl), klorida menyerang
lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Padatan ini menyebabkan
terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga menyebabkan pecahnya alloys.
Klorida biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi tinggi
yang akan menyebabkan proses korosi. Proses korosi juga dapat disebabkan oleh
kenaikan konduktifitas larutan garam, dimana larutan garam yang lebih
konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.
PENCEGAHAN KOROSI
Dengan dasar pengetahuan tentang
elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat
dilakukan usaha-usaha untuk pencegahanterbentuknya korosi. Banyak cara sudah
ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adlah dengan cara
proteksi katodik, coating, dan peng chemical inhibitor.
- Proteksi
katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses
korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat proses korosi tersebut, maka
dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda
adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan
logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logam tersebut
berkarat.
Terlihat disini karena perbedaan
potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang dan akan
menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam
tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic
protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai
kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga elektron yang hilang
dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses
korosi dari logam yang diproteksi.
Anoda buatan tersebut ditanam dalam
suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal
ini pipa) yang akan diproteksi dan antara pipa dihubungkan dengan kabel yang
sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut terus menerus. Jadi
anoda dikorbankan untuk melindungi katoda.
Untuk perlindungan katoda pada
sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam Mg. Pipa (besi) akan
aman terlindungi selam pelindung masih ada.
- Coating
Cara ini sering dilakukan dengan
melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari
korosi.
- Pemakaian
bahan-bahan kimia (chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi
digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara
membentuk lapisan pelinsung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang
terbentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option.
Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada
production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam
menangani korosi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan
kondisinya.
Material Corrosion inhibitor terbagi
2 (dua), yaitu
- Organik
inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan
dan tumbuhan yang mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar
organik inhibitor antara lain ; turunan asam lemak alifatik, yaitu monoamine,
diamine, amida, asetat dan oleat.
- Inorganik
inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari
mineral-mineral yang tidak mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material
dasar ini inorganik inhibitor antara lain kromat, nitrit, silikat, dan posfat.
- Membuat
alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat.
Misalnya besi dicampur dengan logam
Ni dan Cr menjadi baja tahan karat (stainless steel)
NB: Tinggalkan Coment Kalian!
No comments:
Post a Comment